Mencari ketenangan di rumah megah Graceva agaknya menjadi sulit untuk Alena. Sore menjelang malam, pekerjaan pun sudah Alena selesaikan dengan baik. Gadis itu sengaja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar bisa bersantai setelahnya.Dan Alena hanya butuh waktu sekedar satu jam saja untuk berbaring dengan tenang tanpa mendengar kerusuhan apapun. Namun, itu sama sekali tidak ia dapatkan. Pasalnya, setelah meninggalkan Vee dan Kookie bermain konsol selama berjam-jam hingga kini, akhirnya terdengarlah kerusuhan.
Awalnya Alena masa bodo, sampai akhinya ia tidak bisa tinggal diam karena kamar Vee berada di hadapan kamarnya. Kerusuhan mereka benar-benar terdengar. Mau tidak mau, Alena beranjak dan lekas berjalan untuk memasuki kamar Vee.
Dugaannya benar, ternyata Vee dan Kookie tengah ribut perihal game yang mereka mainkan di konsol. Alena menarik napas panjang, dihembuskannya perlahan sampai tungkainya melangkah mendekati keberadaan dua cowok itu.
Keduanya menoleh mendapati Alena tengah berdiri sambil berkacak pinggang, mirip sang Bunda saat memergoki mereka kalau tengah ribut.
“Bisa diam tidak?” Alena berujar penuh kesabaran. Kendati kesal, ia mencoba untuk tidak meruntuki kedua bocah tengil yang entah bagaimana bisa cekcok seperti ini.
“Nih, Vee curang mainnya!” adu Kookie sambil menunjuk sang Kakak.
Yang ditunjuk netranya membola, mulutnya terarahkan untuk menggigit jari telunjuk Kookie yang berada tepat di hadapannya. Baiknya, si Bungsu lekas menjauhkan jarinya. “Kau saja yang tidak terima kekalahan, heu!” ungkap Vee.
Mendengar hal itu Kookie tidak terima. Menghasilkan mereka kembali adu mulut. Tanpa keduanya sadari, Alena melepas kabel yang tersambung pada stop kontak. Berlalu menjauhkan konsol itu dari mereka dan berniat membawa benda itu menuju kamarnya.
Tatkala sadar Alena membawa sebuah benda yang menjadi akar pertengkaran mereka. Alhasil Vee beranjak dengan netra monolidnya yang membola, “Hei! Kembalikan konsolku..!!”
Alena menoleh cepat, bukannya menuruti perkataan Vee. Dia justru lekas berlari meninggalkan kamar Vee sambil membawa konsol itu. Gadis itu bingung harus bersembunyi dimana. Akhirnya, Alena memilih untuk memasuki sebuah kamar yang berjarak sepuluh langkah dan berada tak jauh dari tangga.
Berlalu Alena mengunci pintu tersebut setelah berhasil masuk. Rungunya masih mendapati suara teriakan Vee dari luar sana. Namun, setidaknya dia berhasil masuk tanpa diketahui cowok itu.
Kelegaannya baru terjadi beberapa sekon, setelahnya kembali dikejutkan sebab ada presensi lain dibelakang tubuhnya. Tubuh Alena sontak terlonjak mundur hingga membentur pintu. Kedua maniknya mendapati Jimmy hanya memakai celana pendek tanpa mengenakan kaus dan sebuah handuk kecil melingkar di bahunya.
“Yaa!”
“Apa yang kau lakukan di kamarku, huh?”
Faktanya, Jimmy terlihat biasa saja mendapati Alena yang sedikit menjerit. Dia bertanya santai pada gadis yang kini tengah menutupi wajahnya dengan konsol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Baby.
Teen FictionAlena pikir, dia dipekerjakan untuk menjaga tiga bocah laki-laki yang menggemaskan. Namun, Alena salah besar tatkala eksistensi tiga bujang yang menyebalkan hadir di hadapannya seperti mengajaknya masuk ke neraka. Terlebih lagi tensinya selalu menin...