Keesokan harinya, Alena kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Yang berbeda, hari ini seakan mendapat suasana baru sebab hubungannya dengan si bungsu kembali membaik, atau barangkali lebih dari itu.
Alena tidak tahu, keputusannya untuk menerima perasaan keduanya yang sempat tertunda adalah keputusan yang benar atau justru sebaliknya.
Dia tidak tahu, apa perasaan bahagianya saat ini akan berdampak buruk untuk orang lain, atau bahkan dirinya sendiri.
Jujur saja, Alena tidak menampik disaat Kookie kembali membahas perihal perasaan mereka yang tertunda selama tiga tahun. Karena faktanya, apa yang dia rasakan saat itu, masih berjalan hingga kini.
Alena berharap semuanya akan baik-baik saja. Meski di sisi lain dia tahu, ada gadis lain yang memiliki perasaan terhadap Kookie dan tidak mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dan si bungsu.
Tidak bermaksud menutup mata, hanya saja Alena mencoba untuk mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya. Dia dan Kookie sudah lebih banyak berkorban selama tiga tahun belakangan.
Itu mengapa, Alena menginginkan untuk tetap berdiam diri, menutup hubungannya dengan Kookie dari siapapun sampai waktu yang tepat.
Saat ini, Alena sudah berada di dalam taksi untuk menuju kantor yang jaraknya hanya empat kilometer. Sesekali melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Alena tersenyum kecil sebab hari ini tidak datang terlambat.
Kehadiran Kookie yang bermalam di Apartemennya berhasil membuat paginya terasa berbeda. Meskipun tidak sempat menghabiskan sarapan bersama dikarenakan si bungsu harus pulang ke rumahnya pukul lima pagi.
Alena merasa sedikit gugup disaat taksi mengantarnya sampai di depan gedung kantor. Manik kembarnya berpendar ke sekitaran, suasana kantor mulai ramai dengan para pegawai yang mulai berdatangan.
Tungkainya melangkah, memasuki gedung dan bertegur sapa dengan resepsionis yang selalu siap menampilkan senyum manisnya. Bahkan lebih lucunya, petugas keamanan di perusahaan milik Graceva ini selalu menyambut para pegawai dengan senyum lebarnya.
Alena mulai memasuki lift menuju lantai dimana ruangannya berada. Pintu liftnya baru saja tertutup kalau saja tidak ada tangan yang mencoba menahan.
Gadis itu tersentak beberapa sekon. Seharusnya, jantungnya tidak berdebar secepat ini saat mendapati cowok yang dulunya selalu membuat tatapan matanya berubah sinis.
Alena bersumpah demi kumis tebalnya Dosen Crist—dosen yang tidak pernah dia lupakan sisi killer-nya. Semenjak malam itu, disaat dirinya dan Kookie terlibat percakapan perihal perasaan mereka, pun disaat dirinya dan Kookie terlibat pertukaran saliva, hal itu berhasil mencipta kecanggungan disaat mereka berada di luar.
Seperti saat ini. Sialnya, pagi ini Alena sudah ditakdirkan bertemu Kookie saat memasuki lift, ditambah disuguhkan dengan senyuman kelinci khas cowok itu yang sama sekali tidak dimiliki pria manapun di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Baby.
Fiksi RemajaAlena pikir, dia dipekerjakan untuk menjaga tiga bocah laki-laki yang menggemaskan. Namun, Alena salah besar tatkala eksistensi tiga bujang yang menyebalkan hadir di hadapannya seperti mengajaknya masuk ke neraka. Terlebih lagi tensinya selalu menin...