Gila. Kookie memang sudah benar-benar gila.
Selain membangunkan Alena pada pukul satu dini hari yang hanya meminta gadis itu untuk mengantarnya membeli susu. Dan juga menyempatkan diri untuk menyantap Ramen sejenak. Ditambah lagi, kini Alena ditinggal oleh Kookie yang berjalan lebih dulu untuk segera pulang.
Benar-benar sial. Alena meruntuk dalam hati.
Karena lelah berlari, gadis itu memilih untuk berjalan saja. Padahal suasana jalanan sudah mulai sepi. Alena tidak membawa ponsel, mungkin sekarang sudah pukul dua, pikirnya.
“Kookie...! Tunggu aku!” teriak Alena sebisa mungkin. Sebab lelah, mengantuk, dan keadaannya tengah datang bulan, suara Alena menjadi tidak senyaring biasanya.
Kookie yang jaraknya cukup jauh di depan Alena, hanya menoleh. Bukannya berhenti, cowok kelinci itu semakin mengambil langkah cepat.
Demi hilangnya kitab suci sunggokong. Alena lebih baik menemani sang siluman kera mencari kitab suci daripada menemani Kookie membeli susu, ditambah dirinya ditinggalkan pula.
“Nuna, ada apa tuh di belakang?”
Setelah mendapati teriakan laknat Kookie, Alena menghentikan langkahnya, dia hendak untuk menoleh. Namun, Alena urungkan tatkala mendapati Kookie sudah lari lebih dulu. Mau tidak mau, Alena ikut berlari untuk segera sampai di rumah Graceva.
“Kookie sialan,” umpat Alena. Tubuhnya yang kian lemas tetap ia paksakan untuk berlari.
Tungkai jenjang Alena terus berlari menyusuri jalanan komplek yang mulai sepi. Tatkala rungunya mendapati suara aneh, Alena semakin mempercepat langkahnya. Sampai ia tidak menyadari ada bongkahan batu kecil yang akan menjadi penghalangnya.
Bruk!
Tubuh Alena terjatuh di aspal, kakinya sempat terkilir tatkala langkahnya sempat menginjak bebatuan kecil itu. Sepersekon mendecak, Alena beranjak kembali dengan langkah sedikit pincang. Dia menyadari lututnya mendapatkan luka.
Namun, Alena tidak terlalu memikirkan, karena yang terpenting dia harus segera sampai di rumah Graceva.
Tibanya di depan pintu rumah Graceva. Pintu itu terkunci, pun Alena sudah tahu ini ulah Kookie sialan itu. Jemarinya terus menekan bel rumah, barangkali masih ada anggota keluarga Graceva yang masih terjaga pada waktu selarut ini.
Alena menunggu sekitar tujuh menit, sampai pintu rumah Graceva terbuka. Dan yang berbaik hati membukakan pintu untuknya adalah si Tertua Suga. Alena kikuk sendiri, ia menyempatkan untuk membungkuk.
“Kau habis darimana selarut ini?” tanya Suga. Setelah mempersilahkan Alena masuk dengan raut wajah penuh tanya, akhirnya Suga melempari Alena pertanyaan.
Ditambah lagi, netra sipitnya salah fokus pada cara jalan Alena yang sedikit berbeda.
“Menemani Kookie beli susu,” balas Alena apa adanya. Dia membungkuk lagi, kemudian hendak melangkah untuk memasuki kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Baby.
Teen FictionAlena pikir, dia dipekerjakan untuk menjaga tiga bocah laki-laki yang menggemaskan. Namun, Alena salah besar tatkala eksistensi tiga bujang yang menyebalkan hadir di hadapannya seperti mengajaknya masuk ke neraka. Terlebih lagi tensinya selalu menin...