13. Trouble Maker

2.2K 308 53
                                    

Sejak terjadinya kemarahan Kookie yang jelas sekali terlihat sewaktu di pesta, pun cowok kelinci itu membawa Alena pergi dari tempat tanpa menghiraukan Mingyu yang agaknya tetap menyusul keduanya, namun tertinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak terjadinya kemarahan Kookie yang jelas sekali terlihat sewaktu di pesta, pun cowok kelinci itu membawa Alena pergi dari tempat tanpa menghiraukan Mingyu yang agaknya tetap menyusul keduanya, namun tertinggal.

Alena sendiri bingung, Kookie tiba-tiba berapi-api ke seorang gadis yang memang lumayan menjengkelkan untuk Alena. Yang dia tahu, Marie memang selalu bersikap apatis terhadapnya, tetapi Alena tidak terlalu ambil pusing.

Itulah mengapa Alena kelewat santai disaat Marie memintanya untuk keluar dari pesta. Toh, kehadirannya karena perintah Bunda untuk menemani Kookie.

Motor sport milik Kookie masih melaju dengan kecepatan yang berhasil membuat jantung Alena ingin lepas. Bayangkan saja, Kookie seakan masa bodo dengan kendaran lain dan tetap menerobos jalan. Membuat Alena terkadang meremat kuat-kuat bahu kekar itu.

Dan yang Alena tahu, ini bukan arah pulang. Kookie mengambil arah kanan saat di persimpangan jalan. Alena yang sejak tadi sempat melayangkan beberapa pertanyaan, akhirnya terdiam sejenak.

Sampai keduanya memasuki area yang sebelumnya tidak pernah Alena datangi. Pun dia sendiri baru mengetahui ada tempat semacam ini di Kota mereka. Perjalanan masuk menuju tempat ini lumayan sepi, tidak seramai jalanan besar yang biasa di gunakan tadi. Di samping kanan dan kirinya pun hanya terdapat tanah kosong dan pepohonan.

Barangkali Alena bisa mengatakan kalau ini jalan menuju sebuah desa, pasalnya meski terbilang sepi, Alena masih mendapati ada orang yang berjalan kaki di sekitaran jalan.

Kookie menghentikan motornya, tepat disaat kendaraan roda dua itu melewati dataran yang cukup tinggi. Setelah itu, si bungsu turun dari motor lebih dulu, meninggalkan Alena yang masih terduduk dengan wajah bingungnya.

“Ki,” panggil Alena. Perlahan gadis itu mencoba turun dari motor, berlalu melangkahkan kakinya mendekati keberadaan Kookie yang tengah berdiri.

Manik kembar Alena mendapati pemandangan yang cukup bagus. Dari atas sini sepasang netra mereka disuguhkan dengan lampu-lampu yang berasal dari kota, pun kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dapat terlihat dari sini.

Panggilan Alena tadi hanya dibalas dengan Kookie yang menoleh, tetapi cowok kelinci itu tidak mengatakan apapun. Gurat wajahnya pun masih sama datarnya seperti terakhir meninggalkan pesta.

“Ki, apa yang terjadi sih? Kenapa kau-

“Nuna berisik tahu tidak? Aku pusing mendengarnya dari tadi!” sahut Kookie akhirnya. Si bungsu malah mendudukan dirinya di rerumputan. Kookie menekuk kaki jenjangnya dengan kedua tangan merengkuh kakinya itu.

Pun Alena mengikuti. Gadis itu terduduk di samping si bungsu, mengenyampingkan posisinya agar lebih leluasa berbicara dengan Kookie. Dia tidak menyerah untuk melempari Kookie pertanyaan lagi.

“Kenapa tadi kau marah sama Marie? Dia terkejut lho, Ki. Dan menurutku perkataanmu tadi keterlaluan.”

Kookie tidak lekas menjawab, dia hanya menatap Alena yang justru tengah menunggu jawabannya. Sepersekon berikutnya, cowok kelinci itu mengalihkan pandangannya ke depan. “Aku tidak peduli. Aku mengatakan fakta,” tukasnya kelewat santai.

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang