Hi, Baby #14

1.2K 142 44
                                    

Kafe milik salah satu bujang Graceva cukup ramai disaat menjelang malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafe milik salah satu bujang Graceva cukup ramai disaat menjelang malam. Kafe yang berada di pusat kota menjadi incaran para muda-mudi menghabiskan waktunya untuk sekedar menikmati kopi dan berbincang ringan.

Jimmy lebih sering menghabiskan waktunya di Kafe setelah kolaborasi bersama temannya diresmikan. Perpaduan kopi dan berbagai kue milik temannya menjadi daya tarik baru di Kafe cowok itu.

Kafe yang sudah berdiri hampir lima tahun itu memiliki empat pegawai. Dua pegawai yang loyal; June dan Hobi menjadi pegawai terlama yang notabenenya adalah teman Jimmy sewaktu sekolah.

Jimmy tengah disibukkan untuk turun tangan membantu melayani pelanggan yang cukup ramai disaat malam seperti ini. Si anak kedua itu mengantar beberapa pesanan kopi dan kue ke meja pelanggan.

“Terima kasih,” ucapan salah satu pelanggan tatkala Jimmy membawa pesanannya.

Pelanggan yang kebanyakan seorang gadis yang bahkan lebih muda dari sang pemilik kafe sangat senang kalau pesanannya diantar langsung. Dengan begitu, mereka dapat melihat lebih dekat wajah Jimmy yang memiliki ketampanan diatas rata-rata.

Yah, itu sekian alasan mengapa mereka senang melipir sejenak ke Kafe milik Jimmy. Selain racikan kopi yang enak, pelayanan yang ramah, pun wajah tampan Jimmy menjadi daya tarik dan poin tambahan untuk menghilangkan penat dari segala kegiatan selama seharian.

Namun, tidak ada dari satu pun pelanggan gadis yang berhasil menarik atensi Jimmy. Sebab si anak kedua itu sudah memiliki eksistensi yang membuatnya tetap bertahan menjalani Kafe meski sempat berpikiran untuk berhenti.

Jimmy melepas apronnya tatkala manik kembarnya mendapati satu presensi datang dari arah pintu. Berhasil membuat lengkungan kurva di bibirnya, Jimmy buru-buru mengeringkan tangannya dengan serbet. Berlalu melangkah untuk mendekati keberadaan presensi itu.

“Hi,” sapanya pertama kali, dengan senyuman tipis di bibir merah mudanya.

Tidak ada hal lain yang bisa Jimmy ekspresikan selain senyum yang mengembangkan dengan raut tersipu. Mungkin akan terlihat seperti seorang anak remaja yang baru jatuh cinta, padahal kenyataannya dia sudah cukup lama mengenal gadis itu.

Jimmy membawa langkahnya menuju meja yang ada di sudut ruangan. Tangannya menarik satu kursi sebelum membiarkan gadis itu terduduk, “Seperti biasa?”

Gadis itu tergelak, “Yah, kau sudah mengerti, Jim.” Lantas memposisikan dirinya untuk terduduk di kursi. Memperhatikan Jimmy yang mendekati meja pemesanan dan kembali beberapa saat setelahnya.

Jyra, gadis yang menjadi teman seorang Alister Jimmy semasa kuliah. Hubungan pertemanannya dengan Jimmy harus berakhir disaat keduanya menyatakan saling menyukai. Memang sekuno itu. Tetapi, apa yang dikatakan orang benar; cinta ada karena terbiasa.

Netra cantik Jyra menatap cukup lama wajah Jimmy yang juga tengah menatapnya, hingga membuat kekehan tipis keduanya mengudara. Bersamaan dengan itu, Jyra mengalihkan pandangannya.

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang