18. Kejutan?

2K 270 24
                                    

Mereka menghabiskan waktu hampir dua jam untuk membuat kue, padahal di dalam resep yang mereka lihat di media sosial tidak menunjukkan waktu selama itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka menghabiskan waktu hampir dua jam untuk membuat kue, padahal di dalam resep yang mereka lihat di media sosial tidak menunjukkan waktu selama itu. Karena, di dalam resep tersebut pun tidak ada yang namanya bermain tepung.

Usai selesai membuat kue, wajah Alena dan tiga bujang tengil itu bak papan karambol; putih penuh tepung. Alena merutuki habis-habisan ketiga cowok itu yang sudah membuat wajah serta tubuhnya menjadi tidak karuan dengan tepung. Di tambah lagi, dengan baik hati Vee mengabadikan momen mereka.

Itu benar-benar membuat Alena pening.

Namun, itu semua tidak terjadi dalam kurun yang lama seperti hari-hari sebelumnya. Sebab, hari ini Alena harus menikmati dan menerima dengan lapang dada keusilan tiga cowok itu.

Pun mereka semua sudah selesai mendekorasi ruangan keluarga dengan sedemikian rupa. Membuat rencana pertama mereka berhasil, semuanya beralih untuk mandi dan bersiap-siap.

Alena memasuki kamarnya, barangkali dia harus berendam untuk membersihkan tepung-tepung yang menempel di tubuhnya. Tiga bujang itu sudah memberi peringatan agar Alena tidak menghabiskan banyak waktu untuk mandi. Berjaga-jaga kalau sang target sudah pulang tetapi mereka belum siap dengan kejutannya.

Gadis itu diberi sebuah gaun seatas lutut berwarna soft pink. Ini adalah pemberian tiga bujang itu, mereka tahu Alena pasti akan menggunakan kaus dan celana jeans saja, membuat ketiganya berinisiatif untuk membelikan gaun itu.

Manik kembarnya menatap pantulan dirinya dari cermin, Alena mendelik. Gaunnya memang sangat serasi di tubuhnya, tetapi Alena tidak terbiasa. Terlebih lagi, potongan gaun di area bahunya begitu rendah.

Pun acaranya dilakukan di rumah Graceva, jadi Alena pikir berdandan seperti ini rasanya terlalu berlebihan.

Saat ingin mengumpat dalam hati, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk. Dia sudah bisa menerka, pelaku pengetukan itu sudah pasti bukan Kookie. Karena, kalau cowok kelinci itu yang mengetuknya, pasti sudah berisik dengan teriakan.

Alena menghela napas lebih dulu, kemudian tungkainya berjalan menuju pintu untuk membukanya. Dan ternyata benar, seseorang yang mengetuk pintunya adalah si cowok blonde. Dilihatnya Jimmy sudah rapi dengan balutan jas berwarna hitam.

“Sudah?” tanyanya.

Alena mengangguk, kemudian tubuhnya keluar dari kamar dan lekas menutup pintunya. Saat hendak berjalan lebih dulu, Jimmy tiba-tiba saja menahan langkahnya, cowok itu menekuk lengan kirinya sembari mengisyaratkan agar Alena menautkan tangannya.

“Haish, Jim..!” Alena mendengkus, dia ingin menolak dan berjalan lebih dulu, tetapi raut wajah Jimmy membuatnya tidak bisa menolak dan akhirnya pasrah.

Kemudian, keduanya melangkah setelah Alena menautkan lengannya di lengan Jimmy. Gadis itu berdehem singkat, “Jim, bukankah kita terlalu rapi?”

Jimmy menggeleng, “Tidak sama sekali. Ini hari spesial, kita harus rapi. Barangkali ada tamu juga yang datang.”

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang