25. Teresa Gila!

10.6K 882 28
                                    

JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL BINTANG SERTA BERIKAN JUGA KOMENTARNYA.

- HAPPY READING -

🎧Astrid S - Hurts so good.

---------

Malam ini, suasana markas Geng Carlos sudah dibuat sangat mencekam karena amukan sang ketua. Radendra, cowok itu benar-benar tengah mengamuk besar-besaran saat ini. Sehingga membuat siapa saja tak berani untuk mengusiknya. Bahkan sekadar mendekat saja, mereka semua akan berpikir dua kali.

Tak segan, sesekali Dendra juga melemparkan barang-barang yang ada di dalam markas. Termasuk juga dengan ponsel-ponsel tak bersalah yang tergeletak di atas meja. Tentu saja sikap Dendra yang seperti itu berhasil membuat seluruh anggotanya menelan ludah. Mereka semua lebih memilih diam dan membiarkan barang-barang mereka menjadi korban, daripada harus melawan amukan sang ketua saat ini.

Barang bisa dibeli lagi, tapi nyawa tidak.

"Gue tanya sekali lagi, siapa pelakunya?!" Dendra berteriak keras. Pandangannya lurus ke arah depan, dimana seluruh anggotanya itu tengah berbaris.

Dendra benar-benar merasa tak habis pikir setelah mendapatkan kabar dari Madin---salah satu anggota Geng Cedar---musuhnya, bahwa katanya, salah satu anak buahnya telah melakukan aksi pemerkosaan terhadap seorang siswi SMA Pelita. Dimana siswi tersebut adalah kekasih dari Madin sendiri. Tentu saja, hal tersebut berhasil membuat amarah Dendra langsung memuncak seketika.

Dendra menggertakan giginya. Kedua tangannya sudah terkepal kuat. Rahangnya mengeras dan wajahnya memerah. Dia benar-benar mirip monster saat ini. Kalau kata Karina sih, juragan Darso saja kalah seramnya. Hii...

"Sebenarnya gue gak mau percaya sama omongan si Madin, tapi foto itu--"

"Bisa aja itu cuma akal-akalan Geng Cedar kan, Den."

"ADA YANG NYURUH LO NGOMONG?!"

Gibran langsung mendengus kesal. Dendra benar-benar menyebalkan, pikirnya. Padahal, kan, dia cuma menebak. Siapa tahu aja, tebakannya benar, kan? Ah, Dasar bos galak!

"Biasa aja kali," cetus Gibran pelan. Namun masih bisa didengar oleh Dendra. Membuat cowok itu langsung meliriknya tajam. Diantara para anggotanya yang lain, memang hanya Gibran saja yang terlihat begitu santai. Cowok itu seakan-akan tidak merasa takut sedikit pun dengan amukannya.

"Gimana bisa anak Bima Sakti melakukan hal serendah itu?" ucap Dendra sambil melangkah maju, berjalan santai mengelilingi seluruh anggotanya yang sudah menunduk. Membuat suasana markas jadi tambah semakin mencekam. Ditambah lagi, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.

"Gue udah sering mewanti-wanti sama kalian untuk tidak sedikit pun bermain-main dengan anak Pelita," Dendra menghentikan langkahnya tepat di hadapan Sandy. Lantas cowok itu langsung merinding seketika.

Sejujurnya, sikap Sandy yang memang suka bermain-main dengan perempuan, sedikit membuat Dendra merasa curiga. Dendra berdeham, sehingga membuat Sandy yang sedari tadi menunduk langsung mendongakan kepalanya.

"Bukan lo, kan?"

Sandy nampak tersentak ketika suara Dendra yang amat sangat dingin itu terdengar. Dan dengan cepat, cowok itu pun langsung menggeleng. "De-demi Tuhan, bos! Bu-bukan Sandy, bos!" pekiknya. Sial, wajah Dendra sungguh menyeramkan!

RADENDRA [E-BOOK PERSIS NOVEL DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang