48. Osis

10.5K 840 51
                                    

Typo itu manusiawi❗

🎶Bad Idea - Ariana Grande🎶

***

"Apa? Diteror?"

Dendra mengangguk setelah melihat reaksi Bara. Membuat cowok itu lantas mengerutkan kening bingung. Sesekali ia juga menatap ke arah tiga temannya yang sama bingungnya.

"Masa, sih, Bos? Keknya nggak mungkin juga, deh, ada orang yang berani neror lo," sahut Sandy, berpikir.

"Nah, gila kali, tuh, orang. Nggak tau aja dia siapa bos kita ini." Fauzi menimpali, lalu menyesap rokok ditangannya.

"Lo udah tanya Panji sama nyokap lo?" Gibran bertanya. Mulai ikut penasaran.

"Mereka berdua nggak ada yang ngaku," dengus Dendra. Membuat keempat cowok itu diam seketika. Ini memang cukup membingungkan.

Siang ini, mereka semua tengah nongkrong-nongkrong santai di kantin. Berhubung Ulangan Kenaikan Kelas telah selesai dilaksanakan, jadi Minggu ini, sekolah sudah bebas dari pelajaran. Tentu saja hal itu berhasil menjadi kebahagiaan tersendiri bagi seluruh murid SMA Bima Sakti.

"Kalau bukan orang iseng, gue yakin itu beneran bokap gue. Dia masih hidup." Dendra berujar mantap. Namun malah dibalas gelengan kepala oleh keempat sahabatnya.

"Kalau itu nggak mungkin, sih, Bos."

Fauzi dan Sandy kompak mengangguk mendengar ucapan Bara.

"Lo lihat sendiri, kan? Bokap lo dimandiin, disholatin, abis itu dikuburin?" tanya Bara.

Kali ini Dendra yang bungkam. Berusaha mencerna perkataan Bara baik-baik. Memang ada benarnya juga, sih. Lantas? Kalau bukan Ayahnya, maksud tulisan "Dari, papamu" itu apa? Ah! Dendra jadi pusing sekarang.

"Kalau aing, sih, curiga sama si Panji, Bos," kata Fauzi.

"Udah sampai gue tonjokin dia nggak mau ngaku!" Dendra semakin frustrasi.

Gibran yang sedari tadi diam menyimak pun, akhirnya langsung membuang napas. "Setelah kejadian malam itu, ada apa lagi?"

Dendra menggeleng cepat. "Nggak ada lagi. Nggak tau kalau nanti," jawabnya.

"Tenang aja, Bos. Kita pasti bantuin lo," ucap Sandy sambil menepuk pelan pundak Dendra. Lalu dibalas anggukan mantap oleh ketiga temannya yang lain.

"Kalau aya anu aneh-aneh lagi, lo langsung cerita aja sama kita." Fauzi menimpali.

"Jangan terlalu dipikirin juga," tambah Gibran. Membuat Dendra langsung mengangguk.

"Tapi kalau bisa, lo harus memahami makna dari tulisan yang lo terima itu." Gibran tiba-tiba berkata lagi. Kali ini Dendra langsung menoleh ke arahnya.

"Maksud lo?"

"Gue yakin, orang yang ngelakuin ini sama lo itu ada tujuannya. Nggak mungkin juga, kan, kalau cuma orang iseng, tapi sampai bisa masuk nyelinap ke dalam kamar, hanya untuk nempelin kertas itu di cermin?" tutur Gibran.

"WIDIHH! Lo ngomong banyak banget hari ini, Bay!" Bara malah kagum.

Gibran mendengus halus. "Gue lagi serius," tekannya. Menatap Bara tidak suka.

RADENDRA [E-BOOK PERSIS NOVEL DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang