42. Ada Apa Dengan Karina?

11.6K 964 33
                                    

🎧Alexandra Porat - Don't Watch Me Cry.

----------

Acara pemakaman sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Di depan gundukan tanah menyisakan Dendra yang masih tak ingin beranjak.

Di sampingnya ada Katline. Gadis itu ngotot ingin menemani Dendra padahal sudah Dendra usir berkali-kali. Sedangkan Bella, wanita paruh baya itu sudah pulang bersama Panji karena merasa tidak kuat. Dan katanya, di rumah mereka juga ada tamu yang mengharuskan mereka pulang cepat. Mungkin Saudara-saudara Bella yang datang untuk melayat.

"Sayang, kamu jangan sedih terus, ya. Kamu harus tetap semangat!" seru Katline yang entah sudah keberapa kali. Yang jelas Dendra muak mendengarnya.

Sebenarnya Dendra tidak butuh Katline. Dia juga tidak ingin gadis itu ada ke sini. Karena yang Dendra butuhkan saat ini hanyalah Karina. Tapi sayang, gadis itu sama sekali tidak datang. Jujur, Dendra sedih.

Padahal Marsha dan Nazwa yang notabennya sahabat Karina saja datang ke sini. Tadi mereka ikut bersama teman-teman Dendra. Bara yang mengajaknya. Awalnya dia juga hendak mengajak Karina, tapi urung karena Bara pikir gadis itu sudah bersama Dendra. Ya, secara mereka bisa terbilang dekat akhir-akhir ini.

"Bos, katanya si Karin nggak enak badan, makanya dia nggak datang."

Seketika Dendra menoleh, menatap ke arah Bara yang berada di belakangnya. Nggak enak badan? "Dia sakit?" tanyanya.

Bara mengangkat bahu, pertanda tidak tahu. Lalu mengalihkan fokus ke arah Marsha yang ada di sampingnya. Memberi isyarat agar gadis itu yang menjawab. Karena di sini, Marsha yang lebih tahu. Secara, yang menghubungi Karina itu, kan, dia.

"Mungkin aja kak, soalnya kerjaan si Karin itu banyak banget, dia suka kecapean."

Dendra mengerutkan kening, setelahnya langsung membuang napas kasar. Ia sangat yakin, kalau itu bukanlah alasan yang sebenarnya.

Apa mungkin ini semua ada hubungannya dengan perkataanya semalam?

"Udah lah Dendra. Kamu kenapa sih masih cari-cari dia? Udah jelas dia itu nggak peduli sama kamu. Cuma aku yang peduli sama kamu Dendra. Buktinya yang ada di samping kamu sekarang ini aku. Bukan dia," cerocos Katline tiba-tiba.

"Den, mungkin ini cara gadis pelakor itu bilang, kalau dia nggak cinta sama kamu."

"Heh! Apa lo bilang? Pelakor?" Nazwa langsung angkat bicara mendengar ucapan Katline. Karena menurutnya itu kurang ajar.

Katline berdecih. Menatap ke arah Nazwa menantang. "Kenapa? Nggak terima teman kamu aku sebut pelakor?"

Tangan Nazwa terkepal kuat. "Sialan," desisnya.

Nazwa mulai melangkah maju. Mendekat ke arah Katline yang tengah berjongkok di depan makam, lebih tepatnya di samping Dendra.

"Jangan kurang ajar ya lo!" kata Nazwa, menarik tangan Katline kasar. Membuat gadis itu bangkit seketika.

Katline meringis. Membuat semua orang jadi menatap ke sana. Termasuk Dendra. "Nazwa! Lo apa-apaan sih?!" teriak Sandy marah. Lalu langsung menarik Katline ke dekatnya.

"Lo jangan macam-macam ya sama Katline!" sentak Sandy lagi. Membuat Nazwa mendadak terkejut.

"Lah, Kakak kok ngamuknya sama Nazwa? Yang salah di sini, kan, Katline!" Marsha ikut menimpali. Kesal juga karena sahabatnya disalahkan.

"Lo jangan nyalahin Katline deh Sha! Jelas-jelas yang salah di sini itu si Nazwa!" Sandy kembali menjawab tak mau kalah.

"Lah? Ini, lo kenapa jadi bentakin cewek gue bego!" Bara yang sedari tadi diam. Akhirnya ikut bicara. Pamaksut doinya dibentak-bentak hah?!

RADENDRA [E-BOOK PERSIS NOVEL DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang