40. Masa Lalu Dendra

11K 978 52
                                    

Vote and comment 👿

🎧Kodaline - All I Want.

----------

Sudah sekitar setengah jam lamanya, Dokter maupun suster masih belum juga keluar dari ruangan. Membuat Dendra sekeluarga jadi benar-benar merasa panik.

Berkali-kali Dendra membuang napas. Ini memang aneh. Ia akui, ia memang sangat membenci papanya. Tapi, jika papanya sedang dalam kondisi seperti ini, tak bisa dimungkiri juga Dendra sangat merasa khawatir.

Dendra menggosokkan kedua telapak tangannya. Sesekali dia juga meniupnya. Mencoba memberi kehangatan untuk tangannya yang dingin.

Karina yang memang tengah duduk di samping Dendra pun menoleh. Senyumannya terukir tipis. Karina sangat bisa merasakan bagaimana rasa takut yang tengah Dendra rasakan sekarang. Karena ia pernah mengalami hal yang sama juga, saat Ayahnya kecelakaan dulu. Bahkan, sampai meninggal.

Tangan Karina terulur, meraih tangan Dendra dengan berani. Membuat cowok itu tersentak. Dendra lantas menoleh, menatap ke arah tangannya yang sudah Karina genggam.

 Dendra lantas menoleh, menatap ke arah tangannya yang sudah Karina genggam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangan kakak dingin," kata Karina.

Dendra tersenyum tipis. Lalu membalas genggaman tangan Karina tak kalah erat. "Wajar. Gue lagi takut," jawabnya.

Karina balas tersenyum. "Aku baru tahu kalau kakak punya rasa takut juga," ucapnya. Berniat bercanda supaya Dendra tidak terlalu tegang.

"Gue juga manusia kalau lo lupa." Dendra menanggapi.

"Emang ada yang bilang kakak robot?"

Dendra terkekeh. "Itu, lo bilang, kan?"

"Ish enggak gitu!" Karina manyun. "Kan, aku cuman tanya," katanya.

Dendra terkekeh lagi, lalu mengacak rambut Karina gemas. "Iya, iya," jawabnya.

Ternyata, tanpa Dendra dan Karina sadari, seorang cowok yang duduk di kursi sebrang terus saja mengamati gerak-gerik mereka tanpa henti. Entah sengaja atau tidak, yang jelas, Dendra dan Karina sangat terlihat romantis. Bahkan, hingga membuat Panji jadi merasa kesal sendiri.

Dia juga sangat tidak menyangka kalau Dendra dan Karina beneran berpacaran. Karena, Panji pikir itu mustahil. Tapi nyatanya, mereka berdua memang terlihat seperti sepasang kekasih saat ini. Apalagi saat kedua tangan mereka saling menggenggam dengan sangat erat. Seolah tidak mau kehilangan satu sama lain.

Tak lama, lamunan Panji langsung buyar kala pintu ruang UGD terbuka, dan menampilkan wajah seorang dokter yang tadi tengah memeriksa kondisi papanya.

Panji langsung bangkit. Begitu juga dengan Dendra, Karina dan juga mamanya yang sudah lebih dulu berjalan menghampiri dokter tersebut.

RADENDRA [E-BOOK PERSIS NOVEL DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang