37

8K 657 166
                                    

Kurang baik apa coba aku ini! Wkwk
Aku update cepet biar kalian seneng, kalian vote dan komen biar aku seneng.

Astin tengah asik bermain game online di atas kasur. Cewek itu sengaja belum tidur karena mau menunggu Revan.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan munculah Revan dengan wajah senang saat melihat Astin. Dengan segera cowok itu langsung berlari lalu melompat ke atas kasur dan langsung memeluk Astin erat.

"Lo dari mana?" tanya Astin sambil mengelus kepala Revan. Lihatlah mereka sekarang, Astin layaknya seorang ibu yang sedang mengusap rambut anaknya.

"Gue cariin lo dari tadi. Gue kira lo ninggalin gue," gumam Revan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Astin.

"Gue gak ninggalin lo. Tadi gue habis ngumpul sama curut-curut gue."

"Kenapa gak bilangin gue?" Revan mendongak menatap Astin dari bawah.

"Gue gak tega bangunin lo."

"Lain kali jangan pergi lagi," pinta Revan dengan suara seraknya.

Astin yang mendengar itu tersenyum jahil. Menjahili suami sesekali gak papa kan?

"Van, gue tinggal sendiri boleh? Biar gue bisa mandiri gitu. Biar gue bebas juga keluar. Bisa jadi kan kalau malem-malem gue lagi jalan, terus gue kesandung batu, terus ada pangeran yang nangkep gue. Pangerannya ganteng banget sehingga gue jatuh cinta sama dia. Eh tau-taunya dia juga cinta sama gue. Dan akhirnya gue dan dia hidup bahagia."

"Terus gue gimana?" tanya Revan polos.

"Mana gue tau, gue kan udah hidup bahagia sama pangeran gue."

"Gak! Lo gak boleh tinggal sendiri, lo tetap tinggal sama gue. Kalau lo kesandung, gue yang akan nangkep lo. Gue yang akan jadi pangeran ganteng lo. Lo hanya boleh jatuh cinta sama gue. Lo hanya bisa hidup bahagia sama gue. Lo milik gue. Tetap milik gue!" tegas Revan. Sedetik kemudia bibirnya melengkung ke bawah menandakan dia akan menangis.

"Jangan ninggalin gue!" tangis Revan pecah. Cowok itu memeluk Astin erat. Menempatkan wajahnya di atas dada Astin.

"Eh jangan nangis. Gue hanya becanda loh," ucap Astin terkekeh. Tangannya terulur mengelus rambut tebal milik Revan.

"Udah kita tidur yah. Besok sekolah," ucap Astin yang mendapat anggukan dari Revan.

Sebelum merebahkan diri, Revan mengucapkan sesuatu yang membuat Astin tersenyum. "Lo gak boleh ninggalin gue. Lo milik gue dan gue milik lo."

"Iya, Van."

*****

Astin berjalan di koridor yang sedikit ramai bersama Revan, tak lupa juga cowok itu menggandeng tangannya.

"Belajar yang bener, biar kalau kita punya anak, mereka juga pintar," ucap Revan setelah sampai di depan kelas Astin. Memang Revan memaksa agar mengantarkan Astin sampai kelas.

"Udah dulu halunya, Van. Ini masih pagi."

"Gue gak halu kok. Pasti suatu saat kita punya anak," ucap Revan tersenyum senang membayangkan di saat mereka punya anak nanti.

"Lo ke kelas aja sekarang. Udah mau bel nih." Astin mendorong pelan bahu Revan agar segera pergi. Setelah itu, Astin memasuki kelas. Ternyata kelima curutnya sudah berada di dalam.

Baru saja Astin mendudukan diri di bangkunya, guru mata pelajaran sudah memasuki kelas membuat semua murid mendesah malas. Apalagi gurunya bu Rikma. Ahh rasanya mereka pengen bolos berjamaah saja. Biarkan saja bu Rikma sendiri di dalam kelas.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang