49

6.5K 605 60
                                    

Astin memasuki kelas dan mendudukan dirinya di kursi tanpa mempedulikan teman-temannya yang sedang menatapnya.

"Woy! Masih pagi juga udah lemes aja," ucap Rohan memukul bahu Astin tapi langsung ditepis.

Melihat itu, Afan, Abil, Fikri dan Dandi mendekat.

"Kenapa lo?" tanya Afan.

"Kemarin Windy pergok gue jalan sama Revan," ucap Astin membuat kelimanya terkejut.

"What? Terus ketahuan dong?" tanya Dandi mewakili semua.

"Gue masih bisa ngelak. Gue yakin dia mulai curiga dan gue gak tau apa rencana dia buat hancurin gue," ucap Astin memukul kepalanya frustasi.

Rohan dengan cepat memeluk Astin menenangkannya. "Udah gak usah dipikirin. Entar lo sakit."

"Gak usah dipikirin lo bilang? Kalau Windy berhasil rebut Revan dari gue gimana, Han?!" teriak Astin membuat orang-orang di kelas terkejut.

"Lo semua keluar dulu!" teriak Fikri membuat mereka semua keluar kelas meninggalkan keenam brat itu.

"Gue takut, Han. Setiap malam gue kepikiran. Gue gak bisa tidur. Gu-gue takut, Windy berhasil rebut Revan dari gue. Gue takut," ucap Astin menangis. Tidak munafik, ada rasa takut saat Astin mengetahui sifat Windy yang sangat licik. Apapun dia lakukan demi mendapatkan apa yang dia ingin.

"Hei jangan takut, kita selalu ada buat lo. Kalau lo butuh bantuan, lo ngomong biar kita bisa bantu. Kita gak akan pernah ninggalin lo," ucap Rohan yang diangguki mereka semua.

"Tapi gue takut."

"Mana Astin gue yang kuat? Mana Astin gue yang gak pernah mau miliknya diambil? Mana Astin gue yang gak pernah mau kalah? Mana?!" teriak Rohan menendang meja kuat hingga terjatuh dan patah.

"Gue takut, Han. Gue takut. Gue gak mau Revan pergi ninggalin gue," ucap Astin sesenggukan.

Afan yang melihat itu segera keluar kelas dengan wajah memerah.

Rohan mengatur napasnya agar kembali normal lalu kembali duduk di sebelah Astin dan memeluk cewek itu.

"Tin, kita semua sayang sama lo. Lo gak boleh lemah kaya gini. Kalau Windy sampai lihat, dia pasti akan merasa menang. Lo harus lawan Windy, Tin. Lo jangan biarin dia rebut Revan dari lo. Dia gak ada apa-apanya dibandingkan lo. Singkirin human itu tanpa menyentuhnya," bisik Rohan pelan membuat Astin tersenyum sinis.

"Gue gak akan biarin apapun yang udah jadi milik gue direbut sama human itu," ucap Astin terdengar menyeramkan.

*****

"Ikut gue lo!"

Windy terkejut saat ada yang menarik tangannya secara kasar keluar dari kelas.

"Woy lepasin gue!" teriak Windy tapi tidak dihiraukan.

"Lepasin Afan!!!"

"Awwhhh. Lo gila?!" bentak Windy emosi karena Afan mendorongnya kasar hingga membuat punggungnya terbentur tembok dengan kuat.

"Lo yang gila! Gue ingatin sama lo, jangan pernah ganggu Astin lagi," ancam Afan membuat windy tersenyum sinis.

"Lo pikir siapa yang mau ganggu cewek murahan kaya dia?"

Plak!

Windy memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang Afan berikan.

"Jaga ucapan lo. Lo pikir Astin kaya lo?"

"Terus kalau bukan murahan apa lagi? Lo pikir siapa cewek di sekolah ini yang terus-terusan sama lima cowok sekaligus," ucap Windy tak mau kalah.

"Gue gak pernah kasar sama cewek. Tapi sekali gue kasar, itu berarti lo udah keterlaluan. Gue ingatin lagi Win, pergi sejauh mungkin. Karna lo belum tau sifat Astin sebenarnya."

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang