45

7.5K 628 178
                                    

01 November 2004. Ada yang sama gak?^_^

Kedelapan cowok itu kini menatap minimarket dengan tatapan ngeri. Tujuh diantara mereka seketika merasa menyesal telah berkunjung ke apartemen.

"Aduh perut gue sakit. Lo semua duluan, gue mau ke toilet bentar." Baru saja Rohan ingin pergi, kaosnya sudah di tarik dari belakang.

"Gak usah pura-pura," ucap Afan menarik kembali Rohan agar berdiri di sebelahnya.

"Duh pala gue mendadak sakit," keluh Dandi seraya memegangi kepalanya.

"Gue lemparin batu nih biar pala lo sakit beneran," ancam Fauzan membuat Dandi kesal.

"Van, lo masuk gih beliin keperluan bini lo," ucap Abil membuat Revan menatapnya tajam.

"Gak ada gak ada. Pokonya kita semua harus masuk!" tegas Revan.

Tiba-tiba Fadil merogoh ponselnya yang berada di saku celanan jeansnya.

"Iya mah iya. Fadil pulang kok," ucap Fadil membuat Revan menggeplak kepalanya kuat.

"Gak usah alesan lo! Sini cepetan masuk. Kalau gak, gue laporin Astin," ancam Revan membuat mereka semua melangkah cepat memasuki minimarket.

Sementara, Fikri hanya cecekikan sendiri. Untung saja tadi dirinya memakai topi, jadi dia bisa menutup wajahnya agar tidak dilihat orang-orang.

Mereka bisa merasakan semua orang menatap ke arah mereka. Bahkan tak sedikit yang berdecak kagum karena ketampanan yang mereka punya.

"Di sebelah mana nih?" tanya Afan dengan mata yang menelusuri setiap sudut minimarket.

"Coba ke sana." Revan berjalan diikuti yang lainnya dari belakang.

"Maaf mas, cari apa yah?" tanya seorang karyawan cewek yang sedang merapikan barang-barang.

"Kita cari..." Afan menggantungnya kalimatnya seraya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Hal itu membuat karyawan itu bingung.

"Bil, lo kan gak punya malu. Sana lo jawab." Afan menarik Abil agar berdiri di depan sementara dia berpindah di belakang. "He kampret lo!"

"Apa ada masalah?" tanya Karyawan itu menatap mereka satu persatu.

"Kita mau beli pembalut," ceplos Fadil membuat mata mereka semua hampir keluar. Apa lagi wajah Karyawan itu sudah memerah menahan malu.

Mereka mengumpat dalam hati, memaki, menyumpah sarapahi cowok itu. Terutama Revan dan Fauzan. Mereka berdua tak habis pikir, bagaimana bisa mereka bertahan sahabatan sama manusia semacam Fadil?

"Oh ma-mari ikut saya," ucap Karyawan itu dengan gugup. Setelah Karyawan tadi berjalan, ketujuh lelaki itu dengan serempak menjitak kepala Fadik kuat.

"Lo bego banget sih!" maki Fauzan kesal.

"Malu-maluin aja lo," ucap Revan tajam.

"Goblok!" ucap Afan, Dandi, Abil, Rohan dan Fikri serempak.

"Heh! Kalau gue gak ngomong gitu terus mau ngomong apa? Masa ngomong 'kita mau beli no drop, no bocor-bocor' kan gak mungkin," kesal Fadil lalu berjalan menyusul karyawan itu diikuti yang lainnya, tak lupa juga dengan mulut yang masih mengumpati Fadil.

"Ini mas, bisa dipilih. Kalau gitu saya pamit," ucap karyawan itu lalu berjalan meninggalkan kedelapan cowok yang melongo.

"Buset, banyak bener," gumam Revan.

"Yang mana nih?" tanya Afan yang mendapat gelengan dari yang lain.

"Setdah! Ambil aja cepetan. Liat noh semua pada liatin kita gitu," ucap Fikri sambil menurunkan topinya agar wajahnya tidak terlihat. Mendengar itu, mereka semua menoleh dan benar saja. Banyak orang yang memperhatikan mereka.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang