32

8.2K 700 164
                                    

RAMEIN KOMENTAR DONG!
SENENG TAU BACA KOMENTAR KALIAN.


Revan berjalan memasuki kelas Astin dengan santai. Cowok itu berjalan menuju tempat duduk Astin.

"Tin, pulang yuk," ajak Revan membuat Astin menoleh.

"Lo duluan aja."

Revan mengangkat satu alisnya seolah bertanya. Untung banget Astin peka sehingga cewek itu langsung menjawab.

"Gue mau ngumpul dulu sama mereka. Udah lama soalnya gue gak ngumpul."

"Terus lo pulang gimana? Kan motor lo gue yang pake."

"Gak usah lo pikirin kalau soal itu, man. Kalau Astin sama kita, dia diperlakukan seperti ratu. Jadi lo tenang aja, kita semua pasti anterin dia," cerocos Fikri.

Revan mengangguk, dia juga percaya kelima cowok ini akan menjaga Astin dengan baik. Apalagi setelah mendengar cerita Astin semalam. "Ya udah kalau gitu gue pulang duluan."

"Kita ngumpul kemana nih?" tanya Rohan setelah Revan menghilang dari balik pintu.

"Kita ke bengkel aja. Gue mau ganti stiker motor gue," jawab Rohan yang disetujui mereka semua.

****

Revan berjalan menuju parkiran dimana motor Astin diparkir. Cowok itu memperhatikan sekitar yang masih ramai.

"Waktu itu gue jadi ketua osis harus pulang terakhir sebelum semua murid. Sekarang gue bisa langsung pulang. Untung mertua gue yang punya sekolah," gumam Revan lalu terkekeh geli. Setelahnya cowok itu mulai menjalankan motor keluar dari SMA Garuda.

Saat di perjalanan tak jauh dari sekolah, tiba-tiba ada perempuan berseragam putih abu-abu dengan sengaja menabrakkan diri membuat Revan terkejut. Yang lebih terkejutnya lagi, perempuan itu adalah Windy.

"Lo kalau mau bunuh diri jangan libatkan gue dong!" bentak Revan emosi.

"Eh mas tanggung jawab bukannya marah-marah," ucap warga yang baru saja datang dengan beberapa orang.

"Gak papa Pak. Dia temen saya kok, lagian saya juga nyebrang gak perhatiin jalan," ucap Windy.

"Owh ya udah. Mas, kalau bisa antar neng ini ke rumah sakit, takutnya dia cedera."

"Cedera gimana? Orang tadi dia yang nabrakin diri sendiri kok," sewot Revan.

"Saya gak papa kok Pak. Saya pulang aja," ucap Windy berusaha berdiri. Kalian tau kan ratu drama? Nah kaya Windy, sekarang perempuan itu berlagak tidak bisa berdiri.

"Eh Mas, tolongin itu mbanya. Anterin dia pulang," ucap seorang warga nyolot. Revan yang lihat itu hanya bisa pasrah, dari pada dia di pukul masal, lebih baik dia nurut aja.

Revan membantu Windy berdiri dan mempapahnya. Percayalah dalam hati Revan berdoa semoga Windy gak bisa jalan beneran.

Setelah ini gue harus cuci nih motor pakai kembang, batin Revan dongkol.

Revan menaiki motor tanpa menghiraukan Windy. Biarkan saja perempuan itu naik sendiri, pikir Revan. Setelah di rasa Windy sudah menaiki motor, Revan mulai menancap gas motornya meninggalkan warga yang menyebalkan itu.

Kalau ada yang tanya gimana reaksi Windy? Sekarang perempuan ular itu sedang memeluk Revan dengan erat, tak lupa juga tersenyum sinis.

"Win, lepasin gue. Jijik tau nggak!" bentak Revan.

"Jalan aja, Van. Rumah gue masih sama kaya dulu." Buset, nih si Windy dibilangin lain dibalasnya lain. Ingin rasanya Revan ingin menendang Windy jauh-jauh dari bumi.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang