54

6K 555 55
                                    

Astin terbangun dari tidurnya setelah mendengar bunyi alaram dari ponselnya. Cewek itu melirik jam yang ternyata menunjukan pukul 7 malam.

Puluhan panggilan tak terjawab dari Revan dan teman-temannya.

Astin bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kurang lebih setengah jam, kini Astin sudah mengenakan celana jeans hitam dan hoodie hitam.

Setelah merapikan rambutnya, Astin berjalan mengambil ranselnya lalu keluar rumah. Tak lupa cewek itu mengambil kunci motor.

Kurang lebih 10 menit berkendara, cewek itu sudah sampai tempat tujuan.

Astin memperhatikan sekitar memastikan tidak ada yang melihatnya. Setelah dirasa aman, cewek itu langsung memanjat pagar dan langsung berlari ke dalam sekolah.

*****

"Nih orang kenapa gak ngangkat telfon sih dari tadi," gerutu Abil sebal karena telfonnya tak kunjung dijawab oleh Astin. Bahkan teman-temannya yang lain sudah menghubungi cewek itu, namun tetap tidak diangkat.

"Duh gue khawatir," ujar Fikri yang sedari tadi gelisah.

"Ah lebay lo."

"Gue banting lo ya, Dan. Kalau Astin kenapa-napa gimana?!" marah Fikri pada Dandi membuat cowok itu cengengsan.

"Ya maap gue becanda doang. Lagian bukan hanya lo kok yang khwatir, kita juga semua di sini khawatir."

Sementara itu, Abil terus-terusan menelfon Astin tanpa lelah.

*****

Astin yang sedang memegang ponsel untuk menyenter aktifitasnyapun merasa kesal akibat merasa terganggu dengan suara ponselnya yang sedari tadi tak berhenti berdering.

"Berisik lo. Lo telfon sekali lagi, gue gak kasih lo makanan sebulan biar lo kurusan dikit!" kesal Astin pada Abil, lalu mematikan telfon secara sepihak. Cewek itu menyempatkan mengirim pesan pada Revan dan teman-temannya.

"Ganggu aja," gumam Astin lalu melanjutkan aksinya.

*****

"Eh anjir kaget gue," ucap Abil sambil mengelus dada.

"Astin ngomong apaan?" tanya Rohan penasaran.

"Katanya gini. 'Berisik lo. Lo telfon sekali lagi, gue gak kasih lo makanan sebulan biar lo kurusan dikit' sadiskan?"

"Lo gak tanya dia lagi ngapain?" tanya Afan.

"Boro boro mau nanya. Gue bicara satu hurufpun belum. Dia habis ngegas ke gue langsung matiin telfonnya."

Tiba-tiba ponsel mereka semua berbunyi. Dengan serempak mereka membuka ponsel mereka. Ternyata Astin yang mengirimkan mereka SMS.

Astin Ananta : Jangan telfon gue anjing!

"Setdah, gue dimarahin Astin. Dibilang anjing pula," ucap Afan.

"Sama njir. Gue juga," sambung Rohan.

"GILA!!! WOY LO PADA BACA GAK? MASA ASTIN BILANGIN GUE ANJING? OMG! GAK BISA DIBIARIN!" teriak Abil heboh membuat mereka semua terkejut.

"Lama-lama gue lem juga mulut lo ya, Bil!" kesal Dandi.

"Nih anak kenapa sensitif banget sih," gumam Fikri dengan mata menatap layar ponsel.

"Gak tau. Pokonya Windy dalangnya!" ketus Abil kesal.

"Kira-kira enaknya si Windy kita apain yah?" tanya Afan pada teman-temannya.

"Gue punya ide," ucap Rohan menatap mereka dengan senyum nakal.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang