47

6.9K 644 65
                                    

Satu pemeran tokoh yang kamu suka? Dan apa alasannya?

Saat ini keenam brat itu sedang berjalan di koridor. Sesekali tertawa karena hal yang menurut mereka lucu.

"Eh ada apa tuh rame-rame?" tanya Dandi saat melihat kerumunan di kantin

"Samperin-samperin." Tanpa menunggu balasan dari teman-temannya, Rohan menarik tangan Astin dan Fikri yang berada di sebelahnya diikuti yang lain.

"Minggir!" teriak Astin membuat semya murid terkejut lalu bergeser memeberi jalan agar keenam brat jalan.

"Mau apa lo?" tanya Astin sambil menahan tangan Windy yang akan menyiram seorang cowok menggunakan jus.

"Bukan urusan lo!" bentak Windy membuat Astin tersenyum miring.

"Gue gak peduli tentang lo." Astin beralih menatap seorang cowok yang terduduk di lantai sambik berdiri.

"Bangun kalau lo merasa cowok," ucap Astin membuat cowok itu bangki.

"Loh? Ucup?" kaget Astin saat melihat cowok itu adalah salah satu teman kelasnya, Usman.

"Aku gak sengaja numpahin air ke rok dia," ucap Usman membuat Astin melirik rok Windy yang terlihat basah.

"Oh lo kenal dia?" tanya Windy.

"Dia teman gue."

"Lo dan semua temen lo emang gak ada yang bener," ucap Windy memandang remeh Astin.

"Maksud lo? Lo kira lo bener? Eh Win, anak kecil pun tau mana permen yang masih dibungkus rapi mana permen yang udah jatuh dan kotor," sarkas Astin tersenyum miring.

Murid lain sudah berbisik maksud perkataan Astin.

"BUBAR!" teriak Astin membuat semua murid pergi dengan mendesah kecewa. Padahal mereka mau menyaksikan pertengkaran itu.

"Cup, ke kalas kalau gak ada keperluan."

"Aku minta maaf," ucal Usman membungkukan badan lalu segera pergi dari kantin.

"Maksud lo?" tanya Windy setelah semua orang pergi.

Astin mendekati Windy lalu berbisik pada cewek itu. "Jangan pikir gue gak tau tentang kehidupan lo, jalang."

Windy mematung mendengar ucapan Astin. Secepat mungkin dia merubah raut wajahnya menjadi serius.

"Ck. Gue tau lo gak bisa lupain Revan, makanya sekarang lo berusaha fitnah gue."

Astin tertawa sinis. "Gue bukan cewek yang gampang gila karena satu cowok. Lo liat mereka," tunjuk Astin pada kelima cowok yang berdiri di belakangnya.

"Mereka selalu ada buat gue dalam keadaan apapun. Untuk cowok kaya Revan, gak penting bagi gue," ucap Astin. Tanpa Astin sadari Revan sedang melihat mereka dan mendengar ucapan Astin dari pintu kantin dengan mata memerah. Setelah itu, Revan menjauh dari kantin.

"Udah, Tin. Gak usah debat sama orang kaya gitu. Cuman bikin abis suara tau nggak," ucap Rohan membuat Windy menoleh sekilas.

"Gue juga gak mau habisin suara hanya karena depan sama cewek gak bener kaya dia."

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Astin membuat mereka semua terkejut.

Astin menahan Afan yang akan memajuki Windy. "Biar gue aja," ucapnya.

Astin maju beberapa langkah membuat Windy memundurkan langkah.

"Kenapa lo? Takut?"

"Si-siapa yang takut?" Windy mengangkat dagunya angkuh walaupun tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang