46

7.1K 652 82
                                    

Dapet nih cerita dari mana?

"Revan ada gak, Dil?" tanya Windy dengan menunjukan senyum manisnya.

"LO TUNGGU DI SINI!"

BRAK!

Fadil berteriak membuat membuat Windy terkejut bukan main. Apalagi dengan suara pintu yang ditutup cukup kuat, jantungnya seakan mau loncat akibat terkejut.

Fadil berlari menghampiri teman-temannya yang menatapnya bingung.

"Kalau tuh pintu rusak lo mau ganti?" tanya Revan sinis.

"Bukan urusan gue. Sekarang lo berenam ngumpet," ucap Fadil panik.

"Males gue main petak umpet bareng lo," balas Rohan.

"Gue serius! Lo berenam ngumpet cepetan."

"Lo nyuruh gue?" Astin melototi Fadil membuat cowok itu mengacak rambutnya frustasi.

"Bukan gitu. Sekarang Windy lagi di depan!"

"APA?!" teriak mereka semua terkejut. Lalu mengalihkan pandangan pada Revan.

"Lo ngasih tau Windy?" tanya Dandi. Melihat ditatap, Revan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dia maksa. Kalau gue gak ngasih tau, dia mau datang ke rumah papa gue."

Tok! Tok! Tok!

"Akhh sialan. Ngumpet di dapur, biar kita bisa pantau." Astin dan kelima temannya berlari menuju dapur.

Fadil berlari menuju pintu dan membukanya.

"Mau apa lo ke sini?" tanya Fadil.

"Mau singgah aja. Kebetulan gue lewat," balas Windy. Lalu memasuki apartemen tanpa mempedulikan Fadil yang melongo.

"Gak punya malu," gumam Fadil mengikuti Windy dari belakang.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Revan.

"Emang gak boleh?" tanya Windy balik.

Ya gak bolehlah!

"Boleh kok. Tapikan ini apartemen cowok," balas Revan berusaha tersenyum.

"Gak baik Van senyum paksa," tegur Fadil membuat Revan ingin menendang cowok itu jauh-jauh.

"Ah gak kok."

"Gak usah nyangkal," kini Fauzan yang bicara setelah cukup lama diam. Cowok itu sangat malas berbicara jika ada Windy.

"Gak papa. Senyum paksapun lo masih tetap manis," ucap Windy membuat ketiga cowok itu ingin memuntahkan isi perut mereka saat itu juga.

"Ah bisa aja lo," ucap Fadil mendorong bahu Windy cukup kuat sehingga membuatnya hampir terjungkal.

"Gue bukan bilangin lo, Dil. Gue bilangin Revan," balas Windy berusaha untuk tidak emosi.

"Oh, gue gak nanya."

Revan dan Fauzan mati-matian menahan tawa mereka. Fadil memang pintar membuat orang emosi.

"Van, lo gak mau nawarin gue minum gitu?" tanya Windy tanpa mempedulikan Fadil.

"Dih?" Fauzan menatap Windy dengan tatapan kesal.

"Oh lo mau minum? Kebetulan ada sianida di sini. Lo mau gue bikinin apa?"  Windy langsung menatap tajam Fadil yang baru saja berbicara.

"Gak usah makasih. Gue bisa ambil sendiri."

"Heh!" teriak ketiga cowok itu terkejut. Fadil yang berada di dekat Windy, langsung menarik tangan cewek itu kasar sehingga membuatnya kembali terduduk.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang