53

6.1K 568 61
                                    

Astin memasuki kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di kasur. Tangan cewek itu terangkat memijat pelipis karena merasa sedikit pusing.

"Windy awas saja lo. Untung gue sabar, kalau gak, udah gue santet lo dari dulu," gerutu Astin kesal.

Tiba-tiba ponsel Astin berbunyi. Astin menyerngit bingung saat banyak notif yang masuk. Saat membuka ponselnya, Astin terkejut karena banyak yang menghujatnya di grup sekolah.

Astin mengetik sesuatu dan mengirimkannya di grup.

'Lo semua gak ada kerjaan apa selain hujat gue yang lo semua gak tau kebenarannya? Dari pada lo semua gak ada kerjaan, mending dateng ke rumah gue terus nyuci piring sama pakaian gue. Soalnya udah numpuk'. Kira-kira seperti itu lah balasan yang Astin kirimkan.

"Aissh, awas aja lo semua," dumel Astin lalu bangkit untuk mengambil leptop miliknya.

Kurang lebih tiga jam, Astin memainkan leptopnya. Kini cewek itu berdiri meregangkan badan. Setelah itu Astin mengambil tas lalu memasukkan leptonya.

Astin memakai jaket dan juga masker agar menutupi wajahnya.

"The beginning of your destruction has arrived," gumam Astin lalu berjalan meninggalakan rumah menuju ke suatu tempat dengan membawa tas yang berisikan leptop miliknya.

*****

Rohan menendang pintu kelas 12 dengan kasar membuat mereka semuat terkejut kecuali Revan yang hanya menelungkupkan wajahnya di atas meja.

Rohan menesuluri ke seluruh sudut ruangan, matanya terhenti pada salah satu kursi yang diduduki oleh orang yang dia cari sedari tadi. Siapa lagi kalau bukan Windy.

Rohan menghampiri Windy diikuti dengan keempat temannya. Dengan kasar, cowok itu menarik Windy keluar kelas.

"Eh apa-apaan lo?! Lepasin gak?!" berontak Windy berusaha melepaskan diri. Tapi tenaganya kalah jauh dibandingkan Rohan.

"Kenapa sih? Tadi Fadil, sekarang kalian. Atau jangan-jangan lo semua demen lagi sama gue. Ngaku aja lo," tuduh Windy.

"Heh! Masih mending gue jomblo dari pada demen sama lo," celetuk Abil yang terus mengikuti langkah lebar Rohan menuju taman belakang sekolah.

"Ngaku aja iyakan? Sorry yah gue udah ada Revan."

"Bahkan jika lo satu-satunya cewek di dunia ini, mending gue jomblo," ujar Fikri.

Saat sudah sampai di taman belakang sekolah, Rohan menghempaskan tangan Windy secara kasar.

"Ulah lo kan?" tanya Rohan to the point.

"Maksud lo? Gue gak ngerti."

"Lo itu udah tolol, jadi gak usah pura-pura tolol," maki Dandi.

"Gak jelas lo semua!" ketus Windy lalu berniat pergi. Namun baru selangkah, Rohan kembali menarik tangannya agar berdiri di tempatnya semula.

"Gue tau lo yang nempelin foto-foto di mading kan?"

"Kenapa lo diam? Gue bener kan? Lo yang nempelin foto-foto itu kan?"

"JAWAB GUE!" bentak Rohan emosi.

"IYA GUE YANG NEMPELIN? KENAPA GAK SENENG LO SEMUA? GAK TERIMA?!"

PLAK!

Rohan tanpa ragu langsung menampar pipi Windy dengan kuat hingga sudut bibirnya berdarah.

"Sekarang gue minta bersihin nama Astin dari sekolah ini," perintah Rohan yang berusaha menahan emosinya.

"Percuma dibersihin. Udah kotor yah kotor aja," ucap Windy santai. Tanpa di sadarinya, ucapan itu membuat kelima cowok yang bersamanya sedang menahan emosi mati-matian.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang