59

5.9K 471 25
                                    

"Kok rumah lo kaya sepi gitu sih?" tanya Arin sambil menatap bangunan besar dihadapannya.

"Ehm itu. Gue tinggal sam---"

Tiba-tiba suara deru motor berbunyi membuat mereka berdua menoleh dan menemukan tujuh motor dan satu mobil sudah terparkir.

"Lo? Ngapain lo ke sini?" tanya Arin saat melihat Astin turun dari mobil itu.

"Gue?"

"Ya iyalah lo."

"Lo pikun ya? Lo gak inget tadi gue bilang mau pulang? Lo juga tadi suruh gue pulang," ucap Astin membuat otak Arin ngelag.

"Tunggu-tunggu. Lo berdua saodaraan?"

"Kepo lo kaya monyet," ucap Astin sambil membuka pintu dan memasuki rumah diikuti ketujuh lelaki tampan itu.

"Sebenarnya dia is---"

"Bentar otak gue ngelag. Arghhh!! Pusing gue, yaudah yuk masuk," ajak Arin lalu memasuki rumah itu membuat Revan melongo.

Saat sudah di dalam, Arin bisa melihat Astin dan ketujuh lelaki tadi sedang duduk di sofa dengan santai.

"Eh ada tamu. Mari duduk," ucap Astin.

Bukannya duduk, Arin malah mendekati foto besar yang terpajang di tembok. Sedetik kemudia matanya melotot. Perlahan Arin berbalik dan menatap Astin dan Revan yang sudah duduk berdampingan.

"Lo be-berdua udah nikah?" tanya Arin terkejut.

"Iya emang kenapa? Lo mau rusakin hubungan kita? Atau lo mau jadi pelakor? Udah siapin mental gue," ucap Astin sambil berdiri dari duduknya.

"Bangsat! Kenapa lo gak bilang?" kesal Arin.

"Ngapain bilang ke lo? Emang lo penting?"

"Sialan lo," umpat Arin.

"Ayo jadi pelakor. Laki gue ganteng nih," ucap Astin membuat mereka semua menatapnya menatapnya bingung.

"Lo gila? Mana ada istri yang nyuruh orang buat rebut suaminya," heran Arin dengan menatap Astin ngeri.

"Ayo lo jadi pelakor. Gue udah siapin mental dan batin gue nih!" paksa Astin.

"Gak mau gue. Kalau gue dapet dosa lo mau tanggung?" kesal Arin.

"Beneran lo gak mau? Laki gue ganteng loh."

"Eh bangsat, yang dapet dosa gue yah, bukan lo!"

"Bagus. Lo hidup aja yang tenang. Cari kebahagiaan lo tanpa merusak kebahagiaan orang lain," ucap Astin lalu kembali mendudukan dirinya.

Nih orang tadi sinting, sekarang malah sok bijak, batin Arin menatap Astin ngeri.

"Ngapain masih di sini? Sana keluar!" usir Astin. Namun bukannya keluar, Arin malah mendudukan diri disebalah Afan.

"Ambilin gue minum. Gue haus," ucap Arin santai.

"Dih? Siapa lo nyuruh-nyuruh?"

"Gak tau lo kalau tamu itu raja?"

"Mana ada yang jadi raja di kerajaan orang. Lo jadi raja bila di rumah lo doang. Kalau di rumah gue, gue rajanya," ucap Astin angkuh.

"Bacot banget deh lo. Udah sana ambilin gue minum. Tenggorokan gue kering nih karena ngumpatin lo dari tadi."

Astin berdiri dari duduknya dan berjalan ke dapur. Tak lama cewek itu kembali dengan memegang sebuah gelas yang berisi air putih.

"Bersyukur lo gak gue racunin," ucap Astin sambil meletakan gelas itu di atas meja.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang