25

10.5K 710 129
                                    

Bel istirahat berbunyi membuat Astin dan kelima temannya bersorak senang. Astin berdiri dari duduknya. "Lo semua duluan ke kantin. Gue mau ke kelas Revan dulu."

"Ya elah baru pisah bentar aja udah rindu," ujar Dandi.

"Bukan rindu bego. Gue mau minta duit."

"Gak usah, kan ada duit kita," balas Afan yang di angguki mereka semua.

"Simpen aja tuh duit pas kita butuh. Sekarang gue mau ke kelas Revan dulu." setelah mengucapkan itu, Astin berlari meninggalkan kelas.

Astin memasuki kelas Revan tanpa memberi salam. Menyelonong gitu aja seperti kelas sendiri. Banyak cewek-cewek yang menatapnya tidak suka karena mendengar kabar Astin berpacaran sama Revan.

"Van," panggil Astin pada Revan yang sedang bercerita bersama kedua sahabatnya. Astin mengadakan tangannya tepat di wajah Revan. "Minta duit dong."

"Perasaan belum lama gue ngasih ke lo deh."

"Udah habis Van. Uang segitu mah buat beli bensin doang," rengek Astin membuat Revan menghembuskan napas pelan lalu mengambil uang berwarna biru dari saku seragamnya.

"Kok 50 ribu doang?"

"Ya udah seribu aja gimana?"

"Iih Revaaannn! Ya udah deh siniin." Revan tersenyum sambil menyerahkan uang 50 ribu pada Astin.

"Dih, baru juga pacaran udah minta duit. Dasar cewek matre," cibir seorang cewek mebuat Astin menoleh.

"Apa urusannya sama lo? Lagian nih yah, jangankan duit, tubuh Revan pun kalau gue mau gue minta." ucap Astin blak-blakan membuat wajah Revan memanas. Sementara Fadil dan Fauzan terkekeh melihat wajah sahabatnya.

"Dih dasar jalang."

"Tau apa lo tentang gue?"

"Udah Tin, gak usah ladenin dia," sahut Fauzan menengahi.

Astin menatap Revan, Fadil dan Fauzan sebentar lalu kembali menatap cewek itu tajam. "Gak usah nilai orang dari mulut kotor lo itu."

****

"Kenapa muka lo kusut gitu?" tanya Fikri saat Astin baru saja mendudukan diri di kursi.

"Gak tau tuh cewek sinting. Masa ngatain gue matre karena gue minta duit Revan. Terserah gue dong mau minta apa nggak, orang itu laki gue." cerocos Astin lalu memakan bakso Abil saat cowok itu akan menyuapi ke mulut.

"Kebiasaan," cibir Abil.

"Mungkin dia suka Revan kali," ujar Rohan membuat Astin menoleh.

"Jelas dong. Orang laki gue ganteng melewati kapasitas gitu."

"Sombooooongg," ucap Fikri. "Eh tapi Tin, hati-hati. Zaman sekarang banyak pelakor yang gak tau diri," sambung cowok itu.

"Sebanyak apapun pelakornya, kalau dia rebut Revan dari gue. Maka di situ gue akan berubah jadi psikopat. HAHAHA!!" tawa Astin sudah seperti orang gila mebuat kelima cowok itu menatapnya dengan tatapan aneh.

"Gue gak peduli yang namanya pelakor. Kalau Revan serius dengan gue pasti dia gak akan terpengaruh," sambung Astin saat kewarasannya sudah kembali.

"Pelakor punya banyak cara," ujar Afan.

"Kalau pelakor punya banyak cara, maka gue punya lebih banyak kekuatan buat patahin tulang dia kalau dia berani macam-macam sama Revan. Lo semua tau lah, apapun yang udah jadi milik gue, gue gak akan lepasin sampai kapanpun." ujar Astin mantap. Teman-temannyapun tau sifat Astin yang satu itu. Apapun yang sudah jadi miliknya, tidak akan pernah dia berbagi.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang