62

4.8K 408 17
                                    

"Jangan senyum terus, Van. Entar kamu dikira gila," tegur Astin pada Revan. Pasalnya cowok itu sedari tadi tersenyum. Bahkan sekarang sedang menyetirpun, cowok itu masih tersenyum.

"Gak peduli kata orang," ucap Revan dengan senyum manis yang masih menghiasi bibirnya.

Sekarang tujuan mereka adalah kediaman orang tua Astin. Revan juga sudah meminta kedua orang tuanya agar datang. Dia mau mengasih tau kabar gembira ini pada mereka.

Sementara di belakang mobil mereka terdapat kedelapan makhluk yang mengikuti mereka dari belakang. Memang Fadil dan Fauzan langsung meluncur saat mendapat kabar bahagia itu.

Setelah sampai di depan rumah mewah itu. Mereka semua turun dari kendaraan masing-masing. Revan bisa melihat kalau mobil orang tuanya sudah terpakir rapi, berarti keduanya sudah ada di dalam.

"ASSALAMUALAIKUM!"

"Waalaikumsalam!"

"Ya Allah, rame banget," ujar Aini senang.

"Ada apanih?" tanya Dewi.

"Kita punya kabar gembira!" ucap Revan dengan wajah masih tersenyum.

"Apa? Jangan buat kita penasaran," ucap Riski tak sabaran.

"ASTIN LAGI HAMIL ANAK REVAN!" teriak Revan membuat orang tua mereka terdiam.

"Berisik deh abang!" ketus Disya.

"APA?!"

Disya tersentak kaget saat keempat orang itu tiba-tiba berteriak kencang mengalahkam teriakan Revan.

"Iya! Bentar lagi Revan punya anak!"

Revan berjongkok dihadapan Disya lalu memegang pundak anak kecil itu. "Dek, untuk sekarang kita akur dulu yah. Soalnya gak lama lagi abang udah punya anak."

Disya menegerjapkan matanya berkali-kali. "Beneran bang?"

"Iyah."

"Berarti Disya bakal punya adik bayi dong?" Lagi-lagi Revan mengangguk membuat Disya langsung memeluk leher Revan senang.

Aini dam Dewi langsung berpindah tempat duduk di sisi kiri dan kanan Astin. Lalu keduanya memeluk Astin erat.

"Astaga mama bahagia banget," ucap Aini yang diangguki Dewi.

"Iya. Bentar lagi kita punya cucu."

"Jaga kandungan kamu baik-baik sayang. Itu cucu pertama keluarga kita," ucap Riski dengan tangan terulur mengelus rambut Astin.

"Iya, Ayah."

"Wih anak papa jadi perempuan seutuhnya."

Aini langsung memeberikan tatapan tajam pada suaminya itu. Bisa-bisanya suaminya tega berbicara seperti itu pada putri tunggal mereka!

Astin tertawa mendengar ucapan Fandi. "Papa pikir selama ini aku gak jadi cewek seutuhnya gitu?"

"HAHAHA!!! Bahkan papa pikir selama ini kamu cowok yang menyerupai cewek!"

Astin dan Fandi tertawa terpingkal-pingkal setelah itu membuat mereka semua menatap aneh ke arah anak dan bapak itu.

"Udah-udah. Kalian semua tunggu sini yah, biar mama buatin minum dulu buat kalian," ujar Aini menengahi sebelum kedua anak dan bapak itu semakin menjadi-jadi.

"Tante, aku minta jus alpukat boleh? Soalnya aku lagi pengen," ucap Arin sambil menyengir.

"Iya. Ohya, panggil mama aja biar lebih deket." Setelah mengucapkan itu, Aini berjalan menuju dapur.

"Enak banget yah tuh mulut," sindir Afan tapi tidak dihiraukan oleh Arin. Cewek itu malah mendudukan dirinya di karpet berbulu dengan tangan yang ditaruh di atas meja.

Tak lama Aini datang membawa minuman mereka semua. Lalu mendudukan diri di sebelah Fandi.

"Nama kamu siapa?"

"Arin mah," jawab Arin sambil meneguk jus alpukatnya.

"Arin udah punya pacar?" tanya Aini menggoda.

"Belum dapet, mah."

"Rin, pilih aja yang kamu suka dari ketujuh cowok itu. Kalau satu nyangkut, nanti papa urusin," ucap Fandi membuat Arin menoleh menatap wajah ketujuh laki-laki itu dengan satu persatu.

"Arin gak suka jamet, pah." Jawaban Arin membuat mereka semua tertawa kecuali ketujuh lelaki yang kini melototkan matanya tidak terima di katain jamet.

"Sialan lo, Rin!" kesal Fauzan, Fikri dan Abil yang tidak terima dikatain jamet.

"Heh, Rin. Mulut lo yah, belum liat aja lo perut kotak-kotak gue. Kalau lo liat, baru nyaho lo!" kesal Fadil.

"Belum tau aja lo kalau gue gue jadi primadona di kampus,"  ucap Afan.

"Heh belagu lo. Mantan-mantan gue yang cantiknya jauh diatas lo aja gak pernah ngatain gue jamet," ujar Dandi.

"Sekalipun gue beneran jamet. Selera gue juga bukan modelan kaya lo," sinis Rohan.

"Apaasin alay banget," balas Arin cuek.

"Udah-udah kenapa pada berantem sih," lerai Dewi.

"Gak tau tuh, Bun. Sama-sama jomblo juga masih aja ribut," ucap Revan.

"Enak banget lo ngomong gitu. Gini-gini gue udah punya gebetan di kampus," ujar Fikri.

"Emang iya?" tanya Afan tidak yakin.

"Iya anjir. Si Anis anak kelas sebelah," ucap Fikri membuat Dandi tertawa.

"Gebetan pala lo! Lonya aja yang ngejar-ngejar dia terus."

"Gak usah ngomong juga goblok!"

"HAHAHA!!"

*****
MAKASIH SUDAH MEMBACA🖤

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang