60

5.7K 413 18
                                    

"Van, besok kamu masuk kantor?" tanya Astin saat Revan memasuki kamar.

"Iya, sih. Emang kenapa?" tanya Revan sambil mendudukan diri di sebelah Astin.

"Rencananya sih besok aku mau ngajak Disya jalan."

"Oh yaudah."

"Yaudah apa?"

"Aku ikut."

"Terus kantor kamu?" tanya Astin bingung.

"Gak bakal runtuh juga kalau aku gak dateng. Lagian aku juga kangen sama tuh bocil," ucap Revan lalu membaringkan tubuhnya dan memeluk paha Astin.

"Yaudah besok kita ke rumah bunda buat jemput Disya."

"Oke."

Setelah itu hening. Astin maupun Revan sama-sama diam dengan kesibukan masing-masing. Revan yang sedang mencari posisi nyaman dengan tangan tak lepas dari paha Astin. Sementara Astin sedang mengelus rambut Revan pelan.

"Tin," panggil Revan tiba-tiba.

"Hmmm?"

"Pengen punya anak berapa?"

"Tergantung dikasihnya berapa."

"Kalau aku pengennya 12 sih," ceplos Revan membuat Astin melotot.

"Heh kamu mau buat 2 tim sepak bola apa gimana? Banyak banget."

"Bercanda doang. Tapi kalau dikasih beneran juga gak papa hehehe," cengir Revan.

*****

Pagi harinya, Astin dan Revan sudah berada tepat di hadapan rumah orang tua Revan.

"Assalamualaikum!" teriak Astin dan Revan bersamaan.

"Waalaikmsalam. Eh kalian? Astaga bunda kangen banget tau sama kalian," ucap Dewi sambil memeluk Astin dan Revan.

"Astin juga kangen sama bunda," balas Astin membuat Dewi tersenyum.

"Masuk yuk. Kebetulan bunda udah selesai buat sarapan."

"Ayah mana bun?" tanya Astin sambil memasuki rumah besar itu bersama Dewi. Sementara Revan mengikut dari belakang.

"Ayah lagi di atas. Bentar lagi turun kok."

"Kalau Disya mana bun? Aku mau ngajak dia jalan."

"JALAN? DISYA MAU!!!" tiba-tba terdengar suara teriakan yang begitu nyaring hingga membuat mereka kaget bukan main.

Mereka menoleh dan mendapati Disya sedang tersenyum bahagia di balik sofa.

"Anjir kaget. Gue lem juga mulut lo ya bocil. Tuh, bunda sama bini gue kaget. Kalau mereka jantungan gimana? Lo mau tanggung jawab?" cerocos Revan.

"Gak mungkin sampe jantungan juga kali," gumam Astin tersenyum kecut.

"Dih, abang mah sama adek sendiri gak ada lembut-lembutnya," kesal Disya sambil berjalan mendekati meja makan dan duduk di sebelah kursi Astin.

"Apaan sih. Pagi-pagi udah ribut aja," ucap Riski yang baru saja turun dari kamarnya. Astin dan Revan langsung mengulurkan tangan mereka mencium punggung tangan Riski.

"Gak tau juga, yah. Nih anak kamu gak pernah mau akur," ucap Dewi memijat keningnya pelan.

"Jangan kebanyakan berantem. Entar Ayah usir kalian dari rumah," ujar Riski membuat mata Dewi melotot.

"Gue mah udah punya rumah. Lo gimana, Cil?" ledek Revan membuat Disya menatapnya tajam.

"Aku tinggal sama kak Astin aja. Iyakan kak?"

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang