01

18.4K 1.3K 37
                                    

Astin menatap pantulan dirinya di cermin besar yang berada di kamarnya. Setelah perdebatan yang terjadi semalam, akhirnya Astin menyetujui pindah ke SMA Garuda.

Rambut warna biru yang sengaja digerai, baju putih yang kekecilan di tubuhnya, celana jeans hitam dan sepatu berwarna putih.

"Buset dah gue makin hari makin cantik aja," ucapnya sambil memutar tubuhnya, lalu cewek itu segera mengambil tas hitamnya dan segera turun ke bawah.

"Ya Tuhan, anak ini. Masa mau ke sekolah baru gaya kamu gitu," ucap Aini yang kaget melihat penampilan anak perempuannya.

"Kenapa kamu gak pake rok?" tanya Aini.

"Mama sayang. Kan Astin ke sekolah bawa motor, jadi Astin pake celana," jawab Astin, lalu cewek itu duduk di kursi.

"Makanya ke sekolah bawa mobil aja."

"Males ah. Kalau bawa mobil lama sampainya," balas Astin membuat Aini menghela nafas pasrah.

"Pah, kepala sekolah di SMA Garuda masih Farhan?" tanya Astin lagi sambil memakan roti yang sudah diberi selai kacang.

"Iya," jawab Fandi.

Astin menganggukan kepala tanda mengerti. Farhan adalah adik kandung dari Fandi yang baru berumur 25 tahun.

"Mama udah telfon Farhan tadi. Mama bilang kamu mau pindah ke situ," ucap Aini.

"Suka-suka Mama ajalah," balas Astin santai.

"Papah udah transfer uang jajan Astin kan?" tanya Astin lagi pada Fandi sambil menaik turunkan alisnya.

"Udah kok. Malah Papa lebihin dikit." mendengar itu Astin segera memasang senyum manis.

"Ya udah Astin berangkat ke sekolah dulu mencari ilmu," ucap Astin sambil berdiri.

"Yang dicari ilmu yang didapat masalah," cibir Aini membuat Astin cengengesan.

"Papa juga mau berangkat ke kantor nih." Fandi berdiri diikuti Aini. Lalu wanita paruh baya itu segera mengantar suami dan anaknya sampai ke depan.

"Hati-hati Pah," ucap Aini sambil mencium punggung tangan Fandi. Setelah itu Fandi segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

"Jangan ngebut bawa motornya," peringat Aini kepada Astin.

"Astin gak janji mah," jawab Astin memakai helmnya. Lalu cewek berambut biru itu segera menarik gas motornya meninggalkan rumah.

"ASTIN JANGAN NGEBUT!"

****

"Buset! Nih sekolah besar juga," ucap Astin saat turun dari motornya yang sudah dia parkirkan.

"WOY! SINI LO!" panggil Astin pada cowok berpenampilan rapi, tak lupa kacamata yang bertengger di hidung.

"Ruang kepala sekolah di mana?" tanya Astin saat cowok itu sudah berada di depannya.

"Di lantai tiga ruangan paling ujung," jawabnya gugup.

"Yaelah gak usah gugup juga kali. Mending lo anterin gue," ucap Astin sok akrab sambil merangkul cowok itu yang membuatnya terkejut.

"Nama lo siapa?" tanya Astin sambil terus berjalan dengan posisi merangkul cowok itu.

"Nama aku Usman Hardianto, panggil aja Usman," jawab Usman yang kini sudah tak gugup lagi.

"Nama gue Astin Ananta, lo bisa panggil gue Astin," ucap Astin memperkenalkan diri tanpa ditanya terlebih dahulu oleh Usman.

"Kamu murid baru yah?" tanya Usman yang diangguki Astin.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang