12

10K 839 61
                                    

Revan berjalan dengan tangan di masukkan ke dalam saku celananya. Cowok itu berjalan menuju kelas 11 IPA 1 untuk menemui Astin dan kelima temannya.

"Assalamualaikum," salam Revan saat memasuki kelas.

"Waalaikumsalam!"

"Kalian berenam bisa ikut saya sebentar?" Revan menunjuk Astin dan teman-temannya.

"Gak bisa!" jawab mereka berenam.

"Aku bisa kok Revan." Revan menoleh dan mendapati Dian sedang memasang senyum manis ke arahnya membuat Revan bergidik ngeri. Sementara Dian hanya memasang wajah cemberutnya melihat reaksi Revan.

"Kalian ayo ikut gue!" tegas Revan lalu keluar kelas.

"Nih orang bikin gue naik darah aja," dumel Astin sambil berdiri diikuti teman-temannya.

"Ada apa?" tanya Astin saat mendapati Revan sedang berdiri di depan kelasnya.

"Entar malem kita belajar di rumah lo," ucap Revan.

"Jangan di rumah gue. Gue gak nerima tamu," jawab Astin membuat Revan menghela napas pelan.

"Kalau gitu, entar sore dateng ke taman. Kita belajar disana," ucap Revan menatap Astin.

"Lo belajar aja sendiri," ketus Astin.

"Lo!" bentak Revan yang gemas dengan kelakuan Astin.

"Gue gak mau tau lo semua harus belajar," tegas Revan.

"Terserah lo." baru saja Astin ingin melangkah memasuki kelas, Revan sudah menarik rambutnya.

"Apaan sih lo!"

"Ingat, jam 4 sore. Gak boleh telat." Setelah mengucapkan itu, Revan berjalan meninggalkan Astin dan teman-temannya.

"Ketos kampret," ucap Astin pelan namun dapat di dengar oleh teman-temannya.

"Awas nanti benci jadi cinta," celetuk Fikri membuat Astin menoleh tajam.

"Dih najis," ucap Astin lalu masuk dalam kelas dengan menghentak-hentakkan kakinya.

"Kita gak tau kedepannya iya kan?" Fikri menoleh kepada teman-temannya.

"Iya!" balas mereka serempak lalu ikut memasuki kelas.

"Woy Preman, ada urusan apa lo sama Revan!" teriak Dian membuat langkah Astin terhenti.

"Penting buat lo?" tanya Astin santai.

"Penting lah! Orang Revan calon pacar gue. Jangan coba-coba rebut Revan dari gue ya lo. Lo gak mau kan disebut pelakor?"

"Terserah lo mau bilang apa. Malas gue ladenin orang macam lo."

"Dih! Sok cantik lo!"

"Merasa cantik lo?"

"Iya dong!" balas Dian mengibaskan rambutnya.

"Dandanan kaya cabe aja belagu lo! Mau gue beliin kaca gitu?"

"Mulut lo di jaga yah! Lagian kaca gue juga ada."

"Kalau ada kaca mending lo berkaca deh. Enek gue liat lo."

"Bilang aja lo gak bisa dandan kaya gue ya kan?" tanya Dian meremehkan.

"Bukan gak bisa, tapi gue malu. Liat aja muka lo udah kaya tepung terigu tau nggak," ucap Astin santai membuat Dian melototkan matanya.

"Eh lo kerjaannya cari masalah mulu," sahut Afan.

"Suka-suka gue dong!"

"Nih cewek bikin gue emosi aja. Gue lempar juga lo dari atas monas," ucap Rohan berlagak pengen memajuki Dian.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang