41

9K 675 209
                                    

Astin memakirkan motor, lalu membuka helmnya hingga rambutnya tergerai. Subuh tadi, Astin langsung pulang ke rumah tanpa membangunkan Revan.

"Kasihan yang dulunya berangkat bareng, sekarang berangkat sendiri." Astin menoleh saat mendengar suara yang sangat faimiliar di telinganya. Tak lupa juga dengan nada mengejek membuat Astin kesal setengah mati.

"Kasihan yang jadi masa lalu kini jadi perusak hubungan orang," balas Astin sinis.

"Lo!"

"Masih pagi, Win. Gue males debat sama lo," potong Astin cepat.

"Awas lo." setelah mengatakan dengan nada ancaman, Windy segera pergi meninggalakan parkiran.

"Buat ulah apa lagi dia?" tanya Rohan yang baru saja datang bersama yang lainnya. Tentu dengan Fikri yang nebeng di motor Dandi. Mereka memakirkan motornya tepat di sebelah Astin.

"Ngejekin gue," balas Astin lalu melempar kunci motor pada Fikri.

"Wah parah sih tuh cewek," ucap Afan menggelengkan kepalanya.

"Udah gak usah dipikirin, sekarang kita ke kelas." Astin turun sari motor dan langsung berjalan diikuti teman-temannya.

"Eh lo semua duluan, gue mah ke kantin dulu beli cemilan."

"Masih pagi, Bil," kata Dandi pada Abil yang sangat suka mengemil tanpa tau waktu.

"Ya elah, biar di kelas kita bisa ngemil."

"Ya udah sono, sekalian dengan permen karet," ucap Fikri yang diangguki Abil. Lalu cowok berbadan besar itu segera berjalan menuju kantin.

"Lo semua duluan, gue mau ke toilet dulu ganti celana gue," ucap Astin lalu berjalan menuju toilet setelah mendapat anggukan dari teman-temannya.

Setelah mengganti celananya dengan rok, Astin segera keluar dari toilet.

Astin berjalan di koridor dengan santai. Tiba-tiba dia mendengar teriakan dari arah belakang membuat langkahnya terhenti.

"Astin!!" teriak Revan langsung memeluk Astin erat.

"Lo kenapa pergi gak bangunin gue?" tanya Revan sambil mencium leher Astin dari samping berkali-kali.

"Gue gak tega bangunin lo."

"Gue tadi takut tau nggak. Gue kira lo perg---"

"Lepasin gue!" bentak Astin mendorong Revan secara kasar membuat cowok itu menatapnya tak percaya.

"Tin."

"Gue udah gak ada lagi urusan sama lo!" ucap Astin dengan menekan kata-katanya lalu berjalan meninggalkan Revan yang mematung.

"Udah, Van. Gak usah di urusin lagi." Revan menoleh dan mendapati Windy sedang berjalan ke arahnya. Barulah Revan sadar sikap Astin tadi padanya.

"Eh Windy, ngapain lo ke sini?" tanya Reban sambil menggaruk tengkuknya. Sekarang giliran dia yang akan memerankan perannya dengan baik.

"Gak sengaja liat Astin bentak lo tadi. Udah lah, Van. Dia itu cewek kasar, brandalan, gak tau diri pula," ucap Windy membuat Revan ingin sekali menendang perempuan ini ke planet lain.

"Iya juga sih, tapi gimana yah? Gue gak mau ninggalin dia karena dia pernah nyelamatin nyawa gue," lirih Revan menunduk.

"Oh jadi lo pacarin dia karena lo berutang nyawa sama dia? Lo pacarin dia bukan karena cinta?" tanya Windy terkejut yang dijawab anggukan oleh Revan.

"Terus lo masih cinta sama gue?" tanya lagi Windy dengan percaya dirinya.

Revan diam, tidak menjawab. Itu membuat Windy senang, itu berarti Revan masih cinta sama dia, pikir Windy.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang