51

6.2K 519 83
                                    

Lebih suka sad end atau happy end?

Astin menatap dirinya di cermin besar yang berada di hadapannya. Topi hitam yang sedikit diturunkan agar wajahnya tak terlihat. Senyum miring tercetak jelas di wajahnya.

"Okey, permainan dimulai."

*****

Astin menarik gas moronya dengan brutal tanpa mempedulikan umpatan-umpatan yang keluar dari mulut para pengendara yang lain.

Setelah kurang lebih 20 menit, kini Astin tiba di tempat tujuan. Astin segera memakirkan motornya dan memasuki bangunan yang dipenuhi oleh orang-orang yang bersenang-senang.

"Jijik gue masuk ke tempat beginian," gumam Astin.

Astin berjalan ke sudut ruangan tanpa mempedulikan orang-orang yang sedang berjoget ria. Bahkan tidak sedikit yang bercumbu di sofa.

Astin menatap sekeliling memastikan tidak ada yang melihatnya. Setelah dirasa aman, Astin menempelkan benda berukuran kecil di sudut ruangan.

Setelah selesai, Astin berjalan menuju pintu keluar. Langkahnya terhenti saat melihat seorang perempuan berpakaian kurang bahan sedang bercumbu di meja bar.

Astin tersenyum sinis, lalu mengeluarkan ponsel dan memotret pemandangan yang membuatnya ingin muntah.

Astin kembali memasukkan ponselnya, setelah itu berjalan keluar dari tempat itu.

*****

"REVAN!!!" teriak Fadil untuk yang kesekian kalinya. Tak lupa tangannya yang terus menggedor pintu kamar Revan dengan kuat.

"Van buka gak lo?!" ancam Fadil yang sudah kesal setengah mati.

Fauzan yang sedari tadi memperhatikan Fadil hanya menggelengkan kepalanya.

"Punya temen yang otaknya main dapet di pinggir jalan gini nih," ucap Fauzan lalu membuka pintu.

"Buset, kuat banget lo," ucap Fadil kagum.

"Bukan gue yang kuat. Lonya aja yang bodoh. Ngapain lo gedor kalau nih pintu gak di kunci?"

"Gak dikunci yah?" tanya Fadil cengengesan.

Fauzan menggelengkan kepala lalu memasuki kamar diikuti Fadil. Seketika mata dan mulut mereka terbuka lebar melihat kondisi kamar yang sangat berantakan.

"Ini kamar atau kandang?" Fadil memperhatikan seluruh kondisi kamar yang benar-benar hancur.

"Van, ini kenapa?" tanya Fauzan menghampiri Revan yang sedang duduk memeluk lututnya di sudut kamar.

"Van, lo denger gue gak sih?" kesal Fauzan sambil mengguncang bahu Revan kuat. Tapi cowok itu tetap diam menatap kosong.

"Van, kalau penampilan lo kaya gini, gue jauh lebih ganteng dari lo tau nggak," celetuk Fadil saat melihat penampilan Revan yang sangat mengenaskan.

"Gue salah, Zan, Dil."

"Iya emang cowok selalu salah."

BUGH!

Fauzan langsung menendang betis Fadil kuat setelah mendengar ucapan cowok itu.

"Awhhss!! Lo gila?!" ringis Fadil.

"Lo yang gila!! Bukan waktunya becanda!!!"

"Iya maaf-maaf." Fadil mengerucutkan bibirnya lalu berjalan menuju ranjang dan berbaring di sana.

"Van? Lo kenapa?" tanya Fauzan lagi.

"Gue salah, Zan. Gue salah..."

"Sini cerita sama gue dan Fadil." Fauzan menuntun Revan berjalan menuju ranjang.

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang