Semenjak kehamilan Astin, Revan selalu melarang cewek itu untuk melakukan perkerjaan yang menurutnya bisa membahayakan dia dan calon anaknya. Bahkan cuci piringpun, Revan melarangnya. Terkadang-kadang Astin kesal sendiri dengan sifat Revan yang satu itu.
"Sayang, kamu gak pengen apa-apa gitu?" tanya Revan pada Astin yang sedang duduk diatas ranjang.
"Ayo dong minta sesuatu. Aku pengen rasain rasanya ngikutin permintaan istri yang lagi ngidam," sambungnya dengan semangat.
"Aku pengen mangga muda, Van."
"Serius? Oke, kalau gitu aku cariin dulu yah," ucap Revan dengan antusian lalu mengambil kunci motor.
"Gak usah jauh-jauh, Van. Itu depan rumah pak Deri ada," ucap Astin menghentikan langkah Revan.
"Ru-rumah pak Deri? Bukannya dia terkenal karkenal pelit sama mangga yah?" tanya Revan tersenyum kecut.
"Kalau kamu gak mau gak papa," ucap Astin dengan bibir yang melengkung ke bawah.
"Eh jangan nangis dong sayang. Kamu tunggu sini yah, aku mau ke rumah pak Deri dulu minta mangganya," ucap Revan lalu mencium bibir Astin sekilas setelah itu berlari keluar dengan semangat.
****
Revan menatap pohon mangga yang berada di depannya dengan berbinar.
"Asslamualaikum. Pak Deri!" teriak Revan dari luar rumah.
"Pak Deri!"
"Waalaikumsalam. Ada apa?" lelaki paruh baya keluar dengan sarung yang melilit di pinggangnya.
"Pak boleh minta mangg---"
"Gak boleh."
"Yah pak. Padahal istri saya lagi ngidam mangga loh," ucap Revan lesuh.
Pak Deri mendengar itu langsung terkejut. "Owalah istri kamu lagi ngidam? Yaudah sok atuh ambil aja."
Revan langsung tersenyum bahagia mendengarnya. "Beneran pak?!"
"Iya. Bilang istri kamu jaga kandunganya baik-baik. Jangan terlalu kecapean. Yaudah saya mau masuk dulu," setelah mengucapkan itu, Pak Deri memasuki kembali rumahnya.
"Makasih pak!" teriak Revan lalu matanya menatap pohon mangga yang cukup tinggi.
Revan mulai memanjat pohon itu dengan semangat. Berkali-kali cowok itu hampir jatuh karena tidak ada dahan yang bisa dia gunakan untuk menopang tubuhnya.
Setelah beberapa menit, kini Revan sudah berada di atas pohon. Senyum cowok itu masih belum luntur dari bibirnya.
Perlahan tangannya terulur memetik ranting mangga yang cukup banyak buahnya.
"Alhamdulillah, dapet juga," gumam Revan bahagia.
Saat ingin turun, senyum Revan seketika luntur saat mendengar suara anjing yang menggonggong di bawah sana. Tak lupa mata anjing itu yang menatapnya seolah-olah akan menerkamnya.
"Heh ngapain lo pelototin gue gitu? Mau ngajak war lo?" ucap Revan membalas melototkan matanya pada hewan itu.
"Pergi gak lo?" ancam Revan sambil memetik buah mangga mengambil ancang-ancang ingin melemparkannya pada anjing itu.
Bukannya pergi, anjing itu malah menggonggong lebih kuat membuat tangan Revan refleks melempar mangga tadi pada anjing itu. Tapi anjing itu masih belum mau pergi membuat Revan frustasi.
"Pak Deri. Ini turunnya gimana? Istri saya udah nungguin di rumah!" rengek Revan.
"Pak Deri tolongin!" teriaknya.
"Ngapain belum turun?" tanya pak Deri yang baru saja keluar rumah.
"Itu ada anjing, pak."
"Haduhh pasti anjing tetangga. Yasudah kamu tunggu di atas dulu, saya panggilin pemilik anjing itu dulu."
*****
"Kok Revan lama yah? Apa dia gak diijinin ambil mangga sama pak Deri?" gumam Astin yang sedari tadi menunggu kedatangan Revan yang tak kunjung kembali.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar dan menampakan seorang Revan dengan keadaan yang mengenaskan.
Rambut yang acak-acakan dengan tangan kanan yang dia angkat memperlihatkan mangga. Tak lupa dengan cengiran yang menghiasi wajahnya.
"Aku dapet mangganya," ucapnya seraya berjalan mendekati sang istri.
"Kok kamu kucel gini sih." Tangan Astin terulur menghapus bulir keringat yang berada di wajah Revan
"Makan mangganya nih, atau kamu mau aku kupasin?" tawar Revan.
Astin berdiri dan langsung menarik lengancowok itu dengan pelan menuju dapur.
"Aku bisa sendiri kok. Kamu cukup temenin aku aja," ujar Astin.
Setelah tiba di dapur, Astin mengambil pisau dan mendudukan dirinya di kursi meja makan bersama Revan.
"Hati-hati," ucap Revan yang terus memperhatikan tangan Astin yang sedang mengupas mangga.
Tiba-tiba rasa mual menyerang Astin hingga membuat cewek itu membanting pisau dan berlari menuju kamar mandi. Revan yang melihat itu segera menyusul istrinya dengan wajah panik.
"Aku harus gimana?" tanya Revan dengan tangan yang terulur memijat tengkuk Astin pelan.
"Bawa aku ke kamar, Van. Aku lemes banget," gumam Astin.
Tanpa banyak bicara, Revan segera menggendong Astin hingga membuatnya terkejut lalu secara spontan mengalungkan tangannya di leher Revan.
Setelah tiba di kamar, Revan segera menurunkan Astin di ranjang dengan perlahan-lahan.
"Kamu istirahat yah," ucap Revan sambil ikut merebahkan dirinya di sebelah Astin dan memeluknya.
"Hmmm."
"Aku cariin asisten---"
"Gak usah, Van. Aku sanggup ngurus rumah," potong Astin saat tau kemana arah pembicaraan Revan.
"Tapi entar kamu kecapean."
"Gimana kalau aku cariin orang buat gantiin kamu ke kantor, biar kamu gak kecapean lagi?" tanya Astin datar.
"Loh gak bisa, Yang. Itukan tugas aku."
"Sama juga kaya aku, Van. Itu udah kewajiban aku."
"Aku terharu, Yang." Revan memeluk Astin dan menyembunyikan wajahnya leher jenjangnya.
"Hahaha!! Lebay kamu ah," ucap Astin membalas pelukan suaminya.
*****
MAKASIH SUDAH MEMBACA🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ____ Astin Ananta. Seorang cewek yang bersahabat dengan lima cowok tampan. Mereka berenam yang terkenal dengan nakalnya pindah di SMA Garuda. Mereka juga suka membuat onar, belum lagi Astin yang sangat membenci ketua osis di...