Bab 32

5K 271 13
                                    

"Mau sarapan di mana, Mbak?" tanya Winda saat Meisya keluar dari dalam kamr dengan rambut setengah basah.

Meisya menghampiri Winda yang duduk di sofa. "Yang deket-deket aja, Win. Gue lagi pengen males-malesan."

"Ya udah di restoran bawah aja deh, lumayan juga menunya," usul Wind yang disetujui Meisya.

Meisya segera beranjak dari sofa dan berganti pakaian. Winda yang sedari tadi sudah siap hanya menunggu Meisya sambil memainkan ponselnya. Tak sampai lima belas menit, Meisya keluar dengan pakaian yang memang semalam ia bawa untuk menginap di tempat Winda.

"Gue nanti balik agak sorean aja ya, Win," kata Meisya yang membuat Winda melepas pandangan dari ponselnya.

Winda bangkit dari duduknya. Ia segera mengambil dompetnya. Setelahnya, ia keluar bersama Meisya dari unitnya menuju restoran yang masih satu kompleks dengan apartemennya.

"Nggak nginep aja lagi, Mbak? Aku tuh seneng ada temennya," kata Winda setelah keduanya berada di kotak besi yang kali ini hanya ada mereka.

"Nggaklah. Udah disuruh pulang mulu gue dari semalam," ujar Meisya dengan malas.

Mereka segera keluar dari kotak besi itu setelah pintu terbuka di lantai dasar. Winda memelankan langkahnya saat netranya menatap bayangan sosok yang familier. Winda menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatannya.

Winda berdecak kesal. Dia heran dengan Arka yang sepagi ini sudah ada di lobi apartemennya. Lelaki itu tampak memainkan ponselnya dan sesekali menoleh ke kiri dan kanan memastikan sesuatu.

"Itu Arkadal, Win?" tanya Meisya yang juga menyadari keberadaan Arka.

"Sial, dia noleh ke sini, Mbak!" seru Winda kesal. "Kita mending masak atau pesen makanan aja yuk, Mbak! Balik ke unitku yuk!"

Meisya menarik Winda. Jelas ia menolak ajakan Winda yang sebenarnya hanya sebagai alasan untuk menghindari Arka. Meisya segera membawa Winda menuju pintu keluar lobi dan belum sampai di depan pintu lobi, Arka sudah mencegat mereka.

"Pagi Winda, Meisya!" sapa Arka dengan senyum lebar yang membuat Winda berdecih.

"Lo ngapain di sini, Mas?" tanya Meisya dengan wajah heran yang ia buat-buat.

Arka tersenyum. Bukannya menjawab, lelaki itu kembli bertanya, "Kalian mau ke mana? Gue boleh gabung?"

Winda menatap Arka dengan malas. Dia merasa heran dengan perubahan Arka. "Kami mau ke salon, Mas. Mas Arka mau ikut?"

Meisya menatap Winda heran. "Win, kok ke salon?"

"Bukannya tadi Mbak Meisya ngajak perawatan ya?" Winda melototkan matanya seolah memberi kode Meisya untuk mengiyakan.

"Gue anterin kalian kalau gitu ya?" tawar Arka yang membuat Winda menatap lelaki itu datar.

"Maaf ya, Mas. Aku udah pesen taksi," tolak Winda tegas. "Ayo Mbak, keburu siang!" Winda segera menarik Meisya pergi dari hadapan Arka.

Meisya hanya bisa pasrah saat Winda menariknya keluar apartemen. Wanita itu berjalan cepat menuju restoran yang memang menjadi tujuan awal mereka. Sampai di restoran, Meisya segera mendengkus kesal dengan tingkah Winda kali ini.

"Lo masih menghindari tuh orang?" tanya Meisya.

Winda yang sedang menulis pesanannya hanya mengedikan bahu. Setelah selesai dengan kegiatannya, ia menyerahkan kertasnya pada Meisya agar temannya itu menulis sendiri pesanannya.

"Meis, gue pesenin nasi goreng seafood sama es kapucino ya!" ujar sebuah suara khas laki-laki.

Winda mendongak dan menemukan wajah menyebalkan Arka yang masih dihiasi senyum lebar yang membuat Winda menahan dongkol setengah mati. Arka duduk di samping Winda yang membuat Winda segera menggeser bangkunya menjauh dari bangku Arka.

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang