Bab 5

5.3K 348 6
                                    

Winda terduduk pada kubikelnya, hari ini merupakan hari pertama gadis itu kerja, setelah mendapat panggilan bahwa ia diterima kerja di Bank Central. Setelah perkenalan ke divisi Akuntan, gadis itu duduk dengan canggung dan mengamati suasana tempat ia akan menghabiskan waktu berjam-jamnya untuk mengurusi uang gaib.

"Win, hari ini lo coba ngerjain pembukuan yang gue kirim ke email lo ya, mulai dari yang mudah-mudah dulu, habis itu nanti gue ajarin ngerjain jurnal, laporan penutupan akhir bulan, nanti kita belajar pelan-pelan ya, Win." Suara tegas tapi terkesan lembut milik Arinda, mentor dia selama sebulan ke depan sebagai pegawai baru membuatnya segera menoleh dan tersenyum mengiyakan.

"Santai, Win! Kerja sama kita-kita nggak bakal dikerjain, nanti kita bantu kalau ada kesulitan, kita nggak mengenal istilah senioritas, karena dulu awal masuk sini kita juga anak baru juga," timpal seorang wanita yang usianya hhanya terpaut dua tahun dari Winda, namanya Dyah.

Winda mengangguk. "Iya, Mbak. Sekali lagi, saya mohon bimbingan Mas dan Mbak di sini ya!"

Di ruangan yang ditempati Winda ini benar-bernar disekat dengan kubikel-kubikel yang rendah. Suasana ruangannya juga cukup asik, di ruangan ini terdapat enam kubikel yang ditata empat kubikel saling berhadapan dan dua kubikel menghadap pintu masuk ruangan ini. Winda yang menempati kubikel paling pojok kanan dari pintu masuk, berhadapan dengan Yeska, satu-satunya lelaki di ruangan ini, lalu di samping Winda ada Arinda, dan di sebelah Winda, sosok yang menghadap pintu, bernama Dyah, di samping Dyah ada Meisya dan terakhir, di samping Yeska ada wanita yang sedang hamil muda bernama Rindu. Winda disambut dengan baik di ruangan ini. Mereka semua asik, tak berlaku semena-mena layaknya senior sok berkuasa.

Winda mulai mengerjakan pembukuan debet dan kredit yang cukup dasar bagi seorang akuntan. Dia membukukan segela pemasukan tabungan serta pengeluaran bank selama bulan lalu. Tak begitu mengalami kesulitan, karena ini masih cukup dasar dan mudah bagi seorang akuntan.

Setelah selesai mengerjakan, Winda menyerahkan pada Arinda untuk diperiksa terlebih dahulu. Setelahnya, gadis itu disibukan untuk membantu Arinda mengerjakan laporan keuangan dan dia mulai merasa ini tingkat kesulitan yang lebih lagi. Mengumpulkan segala data dan membuat jurnal dengan segala pertimbangan uang masuk dan keluar, serta harus menelusuri mendetail jumlah nominal tunai yang benar-benar berada di bank. Ini sngguh melelahkan.

"Gimana, Win mulai menyadari kesulitannya? Ini lo belum benar-benar ambil data dari sumber langsung, Win. Intensitas kerja kita bahkan nanti lebih dari ini mendekati akhir bulan, serta tutup buku akhir tahun, belum lagi awal bulan akan terjadi banyak transaksi, trafficnya, jelas bakal meningkat tajam." Mendengar penjelasan Arinda, membuat Windayu sadar, tugas kuliah tak ada apa-apanya dibanding saat mulai bekerja. "Udah jam istirahat, mending kita cari makan, Win!"

"Yok bareng-bareng aja makan siang, udah lama nggak makan bareng." Meisya memberi usul.

"Iya, biar Winda juga nggak kaku banget sama kita. Biar santai," kata Yeska menyetujui.

Arinda mengangguk. "Dyah sama Mbak Rindu mau nggak?"

"Gue mah ayo aja, yang penting jangan makan yang ada kambingnya aja, gue muntah-muntah mulu ketemu kambing."

Dyah melepas kacamata tipisnya. "Yaudah ayo, masih nunggu apa? Gue mah yang penting bisa melepas penat."

Setelah semua menyetujui, mereka semua memilih tempat makan di kantin lantai dasar gedung ini. Gedung ini memang gedung utama Bank Central, ada dua bagian, bagian kanan merupakan gedung dua lantai yang digunakan untuk nasabah melakukan transaksi, sedang bagian kiri yang terdiri dari lima lantai, merupakan gedung induk dari operasional bank dan seluruh pegawai di belakang layar.

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang