"Win, kamu beneran mau cari kos?" tanya Ratih sambil duduk di kursi setelah meletakan lauk terakhir ke meja makan.
"Iya, Mbak. Nggak enak kalau di sini ngerepotin Mas Ian dan Mbak Rara terus," jawab Windayu yang telah ikut duduk di hadapan Ratih.
Ratih mengembuskan napasnya. "Nggak di sini aja, Win? Mbak malah senang kamu di sini, jadi ada temennya kalau Mas Argi kerja."
Winda terkekeh. "Nanti Winda sering main ke sini, Mbak. Bantuin Mbak Rara kalau butuh bantuan."
Kakak iparnya ini, dari kemarin selalu menahan Winda untuk tetap di sini, tapi jelas saja Winda menolak. Dia merasa tak enak menumpang terlalu lama. Kakaknya juga tak terlalu banyak pendapat saat dia mengutarakan maksudnya untuk mencari kos di sekitar sini.
Argiantara baru saja keluar dari kamarnya dengan rambut basah dan tampak segar, tak seperti tadi saat baru pulang kantor yang tampak kuyu dan lecek. Kakak lelakinya itu memilih duduk di samping sang istri yang tengah hamil besar. Winda harus menyiapkan hatinya karena sang kakak begitu mesra memperlakukan sang istri. Sebagai jomlo menaun, Winda hanya bisa bersabar saat sang kakak mengelus perut istrinya.
"Sudah dapat kos, Win?" tanya Argi sambil menatapnya.
Winda meggeleng. "Besok baru mau cari, Mas."
Winda mengambil nasi dan lauk setelah dipersilakan oleh kakak iparnya yang lebih dulu mengambil untuk sang suami dan dirinya. Winda melihat kakaknya mengangguk. Kakak lelakinya satu ini memang lebih banyak diam, sedang kakak iparnya benar-benar ceriwis setelah mengenalnya.
"Mas, apartemen kamu kosong, 'kan? Suruh Winda nempatin aja, daripada nggak dipakai!" usul Ratih yang tampak berbinar dengan idenya itu.
Winda melebarkan matanya, gadis itu segera menolak ide dari kakak iparnya. "Nggak usah Mas, Mbak. Winda cari kosan aja."
Argi meraih gelasnya dan menegak air. Lelaki itu meletakan gelasnya ke meja. "Benar kata Mbakmu, apartemen aku kosong, Win. Daripada nggak terurus, mending kamu tempati aja!"
Winda baru saja akan menolak, tapi kakak iparnya segera menyela, "Udah nggak usah nolak, besok, 'kan hari Sabtu, kita ke sana lihat-lihat dulu!"
Winda tak bisa lagi menolak. Dengan begitu setidaknya tabungannya aman dari uang sewa kos. Meski dia lagi-lagi harus merepotkan kakaknya, tapi dia tetap bisa irit. Memang Mbak Ratih kakak ipar terbaiknya.
***
Hari Sabtu pagi ini, Arka harus merelakan waktu tidur seharianya karena panggilan mendadak dari mantan teman sekantornya, Ratih. Wanita yang sedang hamil besar itu meminta bantuannya untuk mengantar wanita itu beserta adik dari suaminya untuk membereskan apartemen yang akan ditempati oleh seorang Windayu. Ratih memintanya juga untuk mengangut beberapa barang keperluan Windayu untuk tinggal di apartemen. Sungguh dia merasa menjadi budak seorang Shira Ariatih yang begitu menyebalkan saat memaksanya.
Arka memarkirkan mobilnya di halaman rumah temannya itu. Dengan rasa malas, lelaki itu keluar dari mobilnya yang langsung disambut dengan pemandangan tak senonoh dari pasangan suami isri yang sedang menunggu kehadiran anak pertamanya. Arka hanya mengembuskan napasnya lelah.
"Tolong kalau mau mesum jangan di depan rumah, mata gue ternodai," celetuk arka yang membuat kedua orang yang sedang bercumbu langsung menjauhkan diri.
Ratih menatap tajam Arka. "Ngapain lo ke sini?"
Arka menatap Ratih dengan pandangan terluka yang dia buat-buat. "Jadi lo nggak jadi butuh gue buat bantuin lo?" Lelaki itu mengangguk dramatis. "Gue bela-belain ke sini dan gue dilupain? Jahat lo, Rat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...