Sudah hampir dua jam Winda menunggu kabar Arka di lobi. Kantor sudah mulai sepi, meski masih ada beberapa yang lembur di dalam. Winda menyerah, dia akan pulang ke apartemen dengan memesan ojek daring. Winda membuka ponselnya dan melihat kembali pesan yang ia kirim tadi, masih belum dibaca oleh Arka. Setelah keluar dari aplikasi Whatsapp, Winda menekan ikon hijau layanan ojek daring, belum sempat ia memsan seseorang menyapanya.
"Win, kok belum balik?" tanya seorang lelaki yang kini berdiri di hadapan Winda.
Winda mengerjap dan mengalihkan tatapannya dari ponsel. "Iya, Mas. Lagi mau pesan ojek online ini."
Lelaki itu mengerutkan keningnya. "Lo lembur sampai jam segini? Bukannya lo ada janji sama Arka?"
Winda seketika tersenyum. Senyum terpaksa. "Mas Arka nggak bisa dihubungi, tadi aku cari-cari udah nggak ada di kantin, Mas."
"Lo nungguin dia dari tadi?" tanya lelaki itu yang dijawab anggukkan oleh Winda. "Lo udah cari ke parkiran?"
"Udah, Mas. Mobilnya juga nggak ada di sana," jawab Winda dengan pelan.
Eksa mengembuskan napasnya. Dalam hati ia mengumpati temannya yang gila itu. "Lo bareng gue aja, Win!"
Winda segera menggeleng. "Nggak, Mas. Aku pesen ojek aja."
"Ayo sekalian aja! Lo di Senayan, 'kan? Gue mau ke apartemen Arka buat mastiin keadaan dia, siapa tahu dia kenapa-napa," bujuk Eksa yang kali ini menggoyahkan tolakan Winda.
"Mas Eksa nggak repot?" tanya Winda pelan.
Lelaki itu terkekeh. "Santai, gue aja, gue sekalian lihat Arka kok. Gue ada akses ke apartemen Arka."
Winda mengangguk pelan. "Ya udah, aku bareng Mas Eksa. Nanti kalau Mas Eksa udah cek apartemen Mas Arka, kabarin aku ya, Mas! Aku benar-benar khawatir sama dia."
Eksa tersenyum. "Nanti sampai di apartemen Arka, gue langsung kabarin lo."
Mereka akhirnya berjalan bersama menuju parkiran motor. Eksa menatap Winda sejenak. "Gue cuma bawa satu helm, Win. Lo nggak papa, 'kan naik motor tanpa helm?"
Winda menggeleng. Sebenarnya bahaya, tapi apa boleh buat. "Nggak papa Mas, asal Mas Eksa motorannya yang benar."
Mereka segera naik ke atas jok motor. Winda mengambil jarak duduk dengan Eksa yang membocengnya. Motor Eksa membelah keramaian ibu kota di malam hari. Mereka tak banyak bicara di motor karena memang suara angin dan deru motor akan mengganggu pembicaraan mereka.
Sampai di depan apartemen Winda, Eksa menghentikan laju motornya. Winda segera turun dan merapikan rambutnya yang berantakan. Winda menatap Eksa sejenak, lalu tersenyum pada lelaki itu.
"Makasih ya, Mas. Aku jadi nggak usah bayar ojek deh," kata Winda sambil bercanda.
Eksa terkekeh. "Santai, Win. Sorry buat rambut lo berantakan karena nggak bawa helm," ucap Eksa setelah melihat rambut Winda yang masih berusaha dirapikan gadis itu dengan tangan. "Gue langsung pamit ke apartemen Arka, ya."
Winda mengangguk. "Iya, hati-hati! Jangan lupa kabarin aku ya, Mas?"
Eksa membalas dengan senyum, lalu melajukan motornya. Setelah motor Eksa tak terlihat lagi, Winda segera masuk ke dalam apartemen. Sampai di unitnya, dia langsung duduk di sofa. Dia melupakan perutnya yang kelaparan karena Arka. Dia memilih membuka aplikasi pesan. Belum ada balasan dari Arka. Dia sungguh khawatir dengan keadaan Arka.
Dia meletakkan ponselnya, lalu bergegas mandi untuk meyegarkan pikiran. Setelah selesai mandi, dia kembali menuju sofa dan mengambil ponselnya dan ada satu pesan masuk dari Eksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...