Bab 37

6K 352 32
                                    

"Win, lo pulang bareng gue aja!" tawar Yeska saat melihat keadaan Winda yang hari ini tampak kurang sehat.

"Nggak, Mas. Aku pesan taksi aja, nggak papa," tolak Winda sembari membereskan barangnya dan siap untuk pulang.

Meisya mendekat ke kubikel Winda. "Ikut Yeska aja, Win! Lagian lo juga lagi nggak enak badan dan seminggu ini lo terlalu forsir tenaga lo buat kerja. Daripada kelamaan nunggu taksi. Mending bareng Yeska, lagian juga searah!"

Yeska yang sudah menggendong tas ranselnya menghampiri Winda. "Nggak usah nggak enak sama gue. Rumah orang tua gue deket apartemen lo."

Winda menyerah dan segera mengikuti Yeska ke parkiran. Winda memang sedang tidak baik-baik saja. Badanya terasa lemas hari ini. Ia memang seminggu ini jarang bisa istirahat, lupa makan. Ia terlalu fokus bekerja dan melupakan Arka. Dia sudah benar-benar melepaskan Arka dan tidak akan berbalik lagi pada lelaki itu.

"Lo kenapa sih, Win kerja sampai nggak ingat makan dan tidur gini?" tanya Yeska saat mereka keluar dari dalam lift.

"Biar cepet selesai, Mas." Winda menjawab yang membuat Yeska menggeleng tak percaya.

"Boleh kerja, tapi jangan sampai nyiksa diri, Win!" nasihat Yeska yang hanya diangguki Winda.

Mereka berjalan menuju posisi di mana mobil Yeska terparkir. Saat mereka baru akan membuka pintu, suara lelaki yang memanggil Winda membuat keduanya menoleh.

"Winda!" panggil seorang lelaki yang kini berjalan mendekat.

Winda menoleh dan tersenyum. "Mas Arka, ada apa?"

"Lo mau ke mana?" tanya Arka sambil melirik Yeska yang berdiri di samping Winda.

"Mau pulang," jawab Winda singkat.

"Sama gue aja!" Arka menawarkan diri.

Winda segera menggeleng. "Nggak, Mas. Aku sama Mas Yeska aja. Ini sekalian mau makan."

Yeska menangkap gelagat aneh dari Winda. Winda berbohong saat mengatakan akan makan malam bersama. Yeska jelas menyadari Winda menaruh hati pada Arka dan kali ini wanita itu berusaha menghindar.

"Sama gue aja!" Arka masih berusaha membujuk Winda. "Gue juga sekalian mau ke apartemen Senayan. Mau ketemu Syaline."

Winda tersenyum kecut. Hatinya masih sakit dan dia semakin membulatkan tekadnya untuk tak lagi memperjuangkan Arka. Ia sudah mengambil keputusan tepat untuk melupakan Arka dari dalam hidupnya.

"Aku udah sama Mas Yeska, Mas. Maaf aku nggak bisa ikut Mas Arka," tolak Winda sambil tersenyum. "Aku sama Mas Yeska duluan ya, Mas!"

Winda berjalan menuju pintu sebelah, saat berjalan badannya reasa lemas yang membuat cara jalan wanita itu tampak sempoyongan. Yeska yang tahu situasi, langsung merangkul Winda dan membantu Winda masuk ke dalam mobilnya.

Melihat kejadian itu, hati Arka memanas. Ada dalam sebagian dirinya tak terima melihat Winda lebih memilih Yeska dibanding dirinya. Arka tersadar dari lamunannya saat merasakan tepukan di bahu kanannya.

"Gue sama Winda duluan ya, Mas."

Arka tersenyum dan mengangguk. Yeska segera memasuki mobilnya. Lelaki itu menjalankan mobilnya. Winda hanya diam. Badan dan hatinya edang tidak enak. Yeska melirik ke arah Winda.

"Win, gue mau nanya. Lo boleh jawab atau nggak. Itu hak lo." Yeska membuka pembicaraan. "Lo suka sama Arka?"

Winda menoleh ke arah Yeska. "Kelihatan banget ya, Mas?"

Yeska mengedikkan bahunya. "Hanya orang pura-pura bodoh atau orang bener-bener bodoh yang nggak bisa lihat itu, Win."

Winda tertawa sumbang. "Menurut Mas Yeska, bucin itu aneh nggak?"

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang