Bab 15

4.5K 271 3
                                    

Akhir pekan merupakan hari yang paling dinanti oleh hampir seluruh umat manusia di muka bumi. Hari di mana melepas penat dan beban pikiran setelah lima hari penuh lelah badan dan pikiran untuk mendapatkan sesuap nasi dan penghidupan yang layak.

Sabtu pagi ini, Winda memilih menerima ajakan Meisya dan salah satu teman wanita itu untuk sekadar jalan-jalan, makan dan menenangkan pikiran. Meisya mengajak Winda menonton dan sekadar menghabiskan akhir hari dengan menikmati live music di salah satu kafe. Setelah itu, Winda harus ke rumah kakaknya untuk membantu acara syukuran dan akikah anak Argi.

Winda menunggu di lobi apartemennya setelah Meisya mengirim pesan bahwa ia sudah dekat. Winda merasa cukup senang bisa berjalan-jalan di Jakarta, karena selama ia di Jakarta ini, dia sangat jarang keluar untuk jalan-jalan seperti ini. Biasanya akhir pekannya ia habiskan di rumah kakaknya.

Winda bisa melihat Meisya berjalan ke arahnya. Winda segera berdiri dan menghampiri Meisya.

"Eh Win. Di mobil sudah ada temen gue, Arinda sama Yeska. Nggak jadi bertiga nggak apa, 'kan?" tanya Meisya yang membuat Winda tersenyum.

"Ya nggak papa, Mbak. Ramean malah seru," sahut Winda antusias.

"Yaudah kalau gitu, ayo langsung berangkat aja, yang lain udah nunggu!"

Mereka segera berjalan menuju ke mobil yang akan mereka tumpangi. Sampai di dekat mobil, mereka segera masuk dan langsung disambut oleh Arinda dan Yeska dengan heboh.

"Winda. Tumben banget ya bisa keluar sama lo!" seru Yeska di balik bangku kemudi.

"Alay banget si Yeska emang. Kadang lupa kodrat dia itu cowok!" cibir Meisya yang mendapati anggukan setuju dari Arinda.

"Woy, gue bahkan belum kenalan sama teman kalian yang cantik ini," sela seorang lelaki yang duduk di samping Yeska. Lelaki itu menoleh ke belakang. "Hai, nama gue Ferdi, nama lo siapa?"

Winda tersenyum. "Winda, Mas."

Ferdi bersorak heboh, "Woy gila, santun dan halus banget. Kalian kok bisa punya teman seanggun Winda?"

"Berisik, Fer! Kasian Winda pasti langsung ilfeel sama lo yang nggak banget itu," celetuk Arin yang mendapat cibiran dari Ferdi.

"Winda pasti terpaksa temenan sama kalian. Kasian Winda."

Winda hanya tersenyum menanggapi. Dia senang mempunyai teman yang ramai seperti mereka. Sepanjang perjalanan mereka diisi dengan candaan-candaan yang sesekali dibalas Winda. Mereka juga sempat berdebat dalam memilih film yang akan ditonton, hingga mencapai kesepakatan sebuah film lokal bergenre drama keluarga.

Yeska mematikan mesin mobilnya saat mereka telah sampai di salah satu pusat perbelanjaan yang terdapat bioskop di dalamnya. Mereka segera keluar dari mobil dan menuju ke gedung bioskop untuk memesan tiket.

Mereka saling berbagi tugas, ada yang mengantre tiket dan ada yang membeli makanan dan minuman. Winda, Meisya dan Arinda kebagian membeli makanan, sedangkan Yeska dan Ferdi yang mengantre tiket.

Winda menyipitkan matanya saat dia melihat sosok familier di depannya yang baru saja selesai membeli minuman. Lelaki itu tampak mengulurkan salah satu minumannya pada seorang wanita. Hati Winda seketika merasa diremas. Dia telah tahu ini akan terjadi jika dia memilih menjatuhkan hati pada Arka, tapi dia tetap saja sakitnya tak ia kira.

"Win, itu bukannya si Arka?" bisik Meisya yang membuat Winda mengembuskan napasnya. "Perasaan gue lihat dulu ceweknya bukan yang itu deh. Sekarang udah ganti. Memang itu lelaki buaya ya."

Winda tersenyum masam. Apalagi saat matanya menatap Arka mengacak rambut wanita itu. Ternyata Arka melakukan hal itu kepada wanita lain. Selama ini Winda hanya terlalu percaya diri jika dirinya spesial. Nyatanya Arka memanglah orang yang baik dan manis pada semua orang.

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang