Winda melamun sambil mengingat kebodohannya semalam yang begitu lancang mencium Arka. Untung saja Arka pintar dalam mengurai suasana, sehingga setelah ciuman mendadak yang tidak Winda duga berakhir dengan lumatan panas bibir Arka, suasana di antara mereka tidak canggung. Winda yang malam itu terpaksa menginap di apartemen Arka karena hujan tak kunjung reda ditambah banjir, juga tak merasakan kesan canggung meski mereka tidur dalam satu tempat tidur. Mereka memang tidur dalam satu kasur, tapi tak ada terjadi hal lain selain ciuman panas yang dimulai Winda dan dipandu Arka sebagai ahlinya.
Winda segera menggelengkan kepalanya. Hari masih terlalu pagi dan ia sudah berpikiran mesum dengan objek orang yang berangkat ke kantor bersamanya tadi. Winda segera menghapus bayangan malam itu di benaknya. Dia harus segera melenyapkan jejak bibir Arka yang panas di bibirnya.
"Melamun aja, Win." Winda terperanjat dengan sapaan Yeska yang lebih ke arah meledek itu.
"Mas Yeska ngagetin aja," gerutu Winda sambil menyalakan komputernya untuk menghalau pikiran mesumnya.
Yeska menaruh tasnya dan duduk di bangkunya. "Ya lo, melamun nggak jelas gitu. Kenapa? Ada masalah?"
"Ngerumpi apa nih pagi-pagi gini?" teriakan Meisya yang baru saja masuk dalam ruangan itu membuat Yeska mengelus dada dan Winda terlonjak.
"Ngerumpi Winda sama Arka yang udah bobok bareng," celetuk Yeska asal yang membuat Winda melotot kesal.
Sebenarnya, kalimat Yeska memang benar, tapi Winda jelas tidak cerita hal itu pada siapapun. "Mas Yeska ngawur banget."
Meisya terkekeh melihat kepanikan Winda dan dia jelas melihat semburat merah di pipi Winda yang dilapisi bedak tipis itu. "Yeska, Winda masih terlalu polos untuk diajak bobok."
Winda menggerutu kesal yang langsung disambut gelegar tawa meledek dari kedua manusia di ruangan itu. "Mes, Winda mah, jangankan bobok, ciuman aja pasti belum pernah."
Winda terdiam. Jelas dia sudah pernah ciuman dan baru semalam. Winda ingin sekali membantah, tapi nanti pasti dia akan mendapat pertanyaan beruntun bak narapida kasus pembunuhan berantai. Winda menggigit bibir bawahnya. Kenapa jejak rasa bibir Arka masih tertinggal? Ini semua karena teman-temannya yang menyebalkan.
"Kalian ini ya, bukannya ngajarin yang baik-baik sama Winda malah diracuni hal nggak jelas," seloroh Arinda yang baru saja masuk sambil membawa satu gelas plastik kopi panas.
"Rin, lo nggak usah sok suci deh, lo kan udah pro di praktek, nggak kayak kita yang Cuma pro di teori," Ledek Yeska yang memang masih berstatus lajang dan tak punya pacar.
"Makanya cari pasangan biar bisa praktek, jangan cuma nonton doang bisanya!"
Obrolan di ruangan ini memang sering tak berfaedah, tapi anehnya pagi ini obrolan tak jelas mereka membuat Winda meradang. Winda jelas tak nyaman dan semakin kesal karena bayangan ciumannya dengan Arka kembali terngiang. Dia jelas masih ingat detail bagaimana mulut tebal Arka bergerak meraup bibirnya dan bagaimana lidah Arka bermain-main dalam mulutnya memberikan sensasi yang sungguh luar biasa.
Winda mendesahkan napasnya. Dia jelas kesal dengan bayangan itu dan ada rasa ingin kembali mengulang dan penasaran dengan rasa haus dan nikmat yang sesat. Winda sudah tersesat. Dia tak boleh lagi membayangkan dan penasaran dengan rasa dahaganya.
"Win, gue kirim data, lo kerjain dengan mengakru ya. Nanti kalau ada kesulitan tanya ke gue. Kalau udah selesai, bikin laporan jurnal yang data satunya juga, lihat histori jurnal bulan lalu sebagai acuan!" Perkataan Arinda membuat Winda segera sadar dari lamunan kotornya.
Winda segera membuka email dan lebih baik ia mengerjakan jurnal daripada pikirannya menjadi semakin kotor. Dengan adanya pekerjaan, pikiran Winda jelas teralihkan dengan transaksi uang yang dia tak melihat wujudnya. Pikiran tentang ciumannya dengan Arka terhapus untuk beberapa saat. Tapi tidak dengan siang ini, saat istirahat makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...