Arka masuk ke dalam ruangan Winda saat istirahat makan siang. Lelaki itu menghampiri Winda di kubikelnya. Lelaki itu mengumbar senyumnya saat Winda melihat ke arahnya dengan heran.
"Mas Arka ngapain di sini?" tanya Winda merasa heran.
Tak menjawab, lelaki itu menyerahkan kantung plastik yang Winda yakini berisi makanan. Winda menatap Arka meminta penjelasan. Arka hanya mengedikkan bahunya dan membiarkan Winda membuka kantung plastik.
"Buat aku, Mas?" tanya Winda heran.
"Buat kalian semua. Gue habis dari luar," jawab Arka yang membuat riuh dalam ruangan itu.
"Mas Arka syukuran atau apa nih?" celetuk Yeska dengan semangat dan menghampiri kubikel Winda.
Arka terkekeh. "Gue dapat dari kakak gue yang lagi di Jakarta tadi. Jadi nggak ada apa-apa."
Winda tersenyum. Ia senang Arka sudah mulai memperbaiki hubungan dengan keluarganya. Meski belum sepenuhnya selesai masalah keluarga Arka, tapi dia tahu, masalah itu sudah mulai berkurang. Winda jelas bahagia dengan fakta tersebut.
"Ini kalian kok sibuk banget? Jam segini belum pada keluar," tanya Arka yang membuat seisi ruangan mendengkus kesal.
"Pak Rangga ngasih tugas nggak kenal waktu, Ar. Dikasih data baru dua jam dan dibuat jurnal yang dikumpulin hari ini, mana transaksinya udah bikin sekarat," jawab Rindu dengan menggebu.
Arka terkekeh, lalu ia kembali menatap Winda. "Sibuk banget ya, Win?"
Winda mengembuskan napasnya lalu mengangguk lemah. "Jam lima udah di meja Pak Rangga, Mas. Dan ini banyak banget."
"Nggak bisa keluar?" tanya Arka yang membuat Winda menggeleng menyesal. Arka mengulurkan tangannya dan mengacak rambut Winda. "Semangat!"
"Kok cuma Winda yang disemangatin, Mas? Gue juga mau dong!" celetuk Meisya yang membuat Arka tegelak.
"Kalian semua semangat ya!" ucap Arka sambil terkekeh.
Arinda menimpali, "Winda tadi dielus-elus, kok kita enggak, Mas?"
Arka tergelak, lalu ia menggeleng. "Kalian wakilin sama tangan sendiri aja, tangan gue khusus buat Winda!" Arka menegakkan tubuhnya. "Ya udah, gue pamit. Win, nanti pulang bareng ya!"
Winda mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Siap, Mas!"
Arka meninggalkan ruangan itu dan menyisakan teriakan dari penghuninya. Suara riuh tak terkendali lagi. Winda hanya bisa pasrah mendengar seluruh olokan dari rekan-rekannya.
"Aduh, Mes. Tangan lo mau khusus ngusap buat kepala gue nggak?" celetuk Yeska yang membuat Meisya melotot.
"Najis. Gue harus membersihkan diri tujuh kali, Yes." Meisya menjawab dengan lantang dan tampang enggan.
"Udahlah Mes, lo sama Yeska cocok. Pacaran aja kalian!" sahut Dyah yang jelas mendapat tatapan ngeri dari Meisya.
"Nggak dulu. Makasih," tolak Meisya yang semakin membuat riuh suasana. "Eh, tapi itu tangan Arka cuma buat Winda, katanya tadi? Pasti dia cuma ngibul doang. Tangan itu pasti udah buat menjamah seluruh area tubuh wanita-wanita di luar sana."
"Lo dapat gosip apa, Mes?" tanya Arinda penasaran.
Meisya menggeleng lemah. "Akhir-akhir ini gosip Arkadal deket sama cewek nggak terlalu kenceng, bahkan nggak ada, Rin."
Rindu yang sedang mengunyah makanan segera menelannya. "Dia udah tobat? Gara-gara Winda?"
Meisya mengedikkan bahunya. "Mana mungkin kadal kayak dia tobat, Mbak?" Meisya lalu memasang wajah serius. "Sekarang gosip yang kenceng tuh, Pak Wisma, bagian marketing lagi deket sama si centil Yena. Gila nggak? Pak Wisma 'kan udah ada istri dan anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...