Malam ini, pukul delapan, Winda harus terjebak di sebuah mini market, karena hujan mengguyur ibu kota dengan derasnya. Dia yang tadi naik ojek daring terpaksa menepi, karena bapak yang mengendarai motornya tidak membawa jas hujan dua. Winda akhirnya membayar bapak itu dan mengatakan akan menggunakan taksi daring unutuk menuju ke kediaman kakaknya di daerah Cempaka Putih.
Winda merutuki dirinnya yang hanya memakai kaus lengan pendek dilapisi cardigan tipis dan celana jins, sehingga tak mampu menghalangi udara dingin karena hujan malam ini. Winda telah mengirimkan pesan pada Ratih jika dirinya terjebak hujan, dan mungkin akan larut malam sampai di kediaman kakaknya. Ratih juga mengakatakan bahwa adik lelakinya beserta mamanya yang akan datang ke rumahnya malam ini saat suaminya harus ke Bogor sampai besok siang.
Winda hanya bisa meratapi hujan malam ini di bangku mini market yang ramai, karena banyaknya pengendara motor yang menepi untuk meneduh atau sekadar mengenakan jas hujannya. Geluduk mulai bersahutan, petir mulai menyambar kelamya malam di langit ibu kota. Hujan malam ini begitu lebat, belum lagi angin yang bertiup kencang membuat air menyiprat masuk ke emperan mini market. Winda sedari tadi sibuk dengan ponselnya untuk memesan taksi daring agar bisa kembali ke apartemen, sesuai petuah kakak iparnya.
Winda menyerah, karena sedari tadi tak mendapatkan taksi karena keadan seperti ini memang sulit, belum lagi, genangan air mulai meninggi. Ibu kota memang begitu identik dengan kemacetan dan bajir, tak heran, jika hujan lebat seperti ini akan mendatangkan banjir di ibu kota tercinta ini.
Ponsel Winda berdering, menandakan telepon dari seseorang. Winda menatap layar yang menyala dan menampilkan nama Arka di sana. Tanpa berpikir panjang, Winda mengangkat telepon dari Arka.
"Halo, Win. Kata Ratih lo kejebak hujan di deket tempat gue? Di mana lo sekarang?" Kalimat pembuka Arka langsung memberikan Winda pertanyaan.
"Di mini market dua puluh empat jam yang di seberang apartemen Mas Arka, yang agak ke kiri dikit itu, Mas.'
"Oke, gue langsung ke sana, lo jangan ke mana-mana! Gue cari payung dulu, kalau pakai mobil kelaman muternya," kata Arka yang langsung menutup paggilan begitu saja tanpa mau mendengarkan repons Winda yang akan menolak.
Winda mendesah pelan. Lagi-lagi Arka yang harus berurusan dengannya, seolah hidup Winda di Jakarta hanya tentang Arka. Ini bukan kebetulan, tapi memang sudah seperti ini, orang yang dia kenal dekat hanya Arka, Arka juga kenal kakaknya. Sepertinya memang pusat Winda hanya seorang Arka.
Winda memasukkan ponselnya ke dalam tas selempangnya. Winda melipat tangannya di depan dada untuk menghalau udara dingin yang semakin menyeruak. Winda menatap ke jalanan sambil menunggu Arka yang akan datang untuk menjemputnya.
Sosok jangkung yang ia tunggu sudah berjalan dengan payung ke arahnya. Lelaki itu langsung menarik atensi Windayu. Lelaki itu benar-benar manusiawi, tak terlalu mencuri perhatian banyak manusia karena memang penampilannya yang biasa saja. Lelaki itu mengenaka pakaian santai dengan celana warna moka sebatas lutut dipadukan dengan kaus oblong berwarna hitam dan payung warna abu-abunya.
Arka menghampiri Winda dan menatap gadis itu sejenak. Arka berdecak kesal saat melihat gadis itu tak mengenakan pakaian yang tebal. "Lo malam-malam gini nggak pakai jaket, Win?"
Winda meringis. "Lupa, Mas. Ini aku mikirnya pake cardi aja cukup."
Arka menghela napasnya. Lalu menarik Winda untuk berdiri di sampingnya. "Gue Cuma ada satu payung ini, Win. Jadi, lo sini!"
Winda mengangguk. Menurut, saat Arka merangkul bahunya agar muat untuk berbagi payung lipat yang sebenarnya hanya bisa menampung satu badan orang dewasa. Winda merapatka tubuhnya pada Arka. Winda merasa hangat saat didekap Arka dengan erat. Nyaman, tapi karena kenyamanan itu, jantung Winda kembali berdebar. Aroma parfum Arka menyeruak dalam indera penciuman Winda. Ah, Winda ingin selalu didekap Arka seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
أدب نسائيSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...