Saat matahari telah terbenam, suasana ruangan yang didominasi oleh aroma obat-obatan itu perlahan mulai sepi. Satu demi satu orang yang menjenguk mulai pulang. Winda terduduk di sofa bersama kedua orang tuanya. Di ruangan ini tinggal Winda, kedua orang tuanya, kakaknya dan Arka serta William yang masih mengobrol di luar ruangan. Ratih telah tertidur dan sang bayi kini dipangku oleh ibunya.
"Bapak sama Ibu nanti tidur di tempat Winda aja ya! Di rumah Mas Ian, 'kan nggak ada siapa-siapa."
"Bapak karo ibumu nang kene wae, Nduk. Ngancani masmu." [Bapak sama ibumu di sini aja, Nak. Menemani masmu.]
"Istirahat teng apartemen mawon, Pak! Wonten setunggal kamar mboten dianggem kok." [istirahat di apartemen saja, Pak! Ada satu kamar yang tidak dipakai kok.]
"Kami takut ngerepoti kamu, Win," sahut ibu Winda sambil berdiri untuk menaruh Raskha ke ranjang bayi karena bayi lelaki itu telah tertidur pulas.
"Nggak ada, Bu. Besok pagi, Winda pesankan taksi buat Bapak sama Ibu ke sini sebelum Winda berangkat kerja," kata Winda masih membujuk. "Nanti kalau Mbak Rara udah boleh pulang, nanti, 'kan juga Bapak dan Ibu pasti nginep di tempat Mas Ian."
Sang bapak menghela napasnya. "Ya sudah, nanti Bapak bilang ke masmu dulu."
Winda tersenyum. Dia senang bisa berada di dekat orag tuanya lagi setelah dua bulan tak bisa bersama. "Aku aja yang bilang sekalian pamit. Habis ini kita langsung balik aja, Pak."
Winda segera bangkit dan keluar dari ruangan untuk menghampiri kakaknya. Gadis itu mendekat ke bangku panjang yang kini di duduki Arka dan Argi. Winda memanggil kakaknya yang membuat kedua lelaki itu menoleh.
"Mas, Winda pulang ya? Bapak sama Ibu biar nginep di apartemen aja ya, Mas?" tanya Winda pada Argi.
"Ya sudah nggak papa, Win. Lagian kalau disuruh di rumah Mas nanti juga malah sendiri di sana," jawab Argi memberi izin. "Udah pesan taksi?"
Winda menggeleng. "Belum, Mas. Ini baru mau pesan taksi nanti di bawah."
"Eh, bareng gue aja, Win! Gue juga mau balik, lagi pula juga searah," sahut Arka menawarkan.
Argi mengangguk. "Iya, kamu bareng sama Arka aja, lebih aman, Win!"
"Eh, tapi nanti ngerepotin Mas Arka," tolak Winda merasa tak enak.
Arka terkekeh. "Win, lo kayak sama siapa aja sih, Win. Santai aja, gue nggak pernah merasa lo repotin selama ini. Apalagi Cuma tebengan."
Winda tersenyum sungkan. "Ya udah kalau gitu, aku panggil Bapak sama Ibu dulu kalau begitu."
Winda segera masuk ke ruang rawat dan mengajak kedua orang tuanya untuk pulang. Winda menyempatkan diri berpamitan pada kakak iparnya yang sudah bangun. Setelah urusan di dalam ruangan selesai, Winda dan kedua orang tuanya segera keluar dari ruangan.
"Ian, Bapak sama Ibu ke tempat Winda dulu ya, besok pagi kami ke sini lagi," ujar sang bapak berpamitan pada anak lelakinya.
Argi segera menyalami tangan dan mencium punggung tangan orang tuanya. "Iya, Pak, Bu. Hati-hati!" Argi menoleh ke arah Arka yang sudah berdiri. "Ar, saya titip mereka ya!"
Arka mengangguk. "Siap, Bro. Akan gue antar dengan selamat sampai tujuan." Arka kini menoleh ke orang tua Winda. "Mari Pak, Bu, saya antar."
Keempat orang itu segera berjalan menjauhi ruangan dan menuju lift. Di dalam lift, suasananya cukup penuh, membuat mereka tak mengobrol selama di lift. Setelah lift pintu lift terbuka di lobi, mereka segera keluar dan menuju ke area parkir.
"Nak Arka ini teman Ian?" tanya sang bapak yang berjalan di samping Arka.
Arka terseyum ramah. "Iya, Pak. Teman kuliah Argi juga teman kerja Ratih saat dulu masih kerja di bank dan sekarang juga teman kerja Winda. Saya dan Winda kerja di kantor yang sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...