Kantin di kantor siang ini cukup ramai dengan karyawan yang menghabiskan waktu makan siang. Winda menyuapkan sotonya ke dalam mulut, seolah tak memedulikan sosok di hadapannya yang menatapnya tajam dan siap untuk perang.
"Win, gue tanyan dari tadi nggak dijawab. Jawab sekarang!" kesal perempuan yang duduk di hadapan Winda.
Winda megangkat tangannya agar wanita di hadapannya sabar menunggu dirinya yang sedang menegak es tehnya. Winda meletakkan kembali gelasnya di atas meja, lalu ia mengambil tisu untuk mengelap keringat yang ada di wajahnya karena panas dan pedas yang ia rasakan.
"Tadi kamu tanya apa, Mbak?" tanya Winda dengan tampang tak berdosa.
Wanita itu mengembuskan napasnya kesal. "Gue tanya, lo udah baikan sama Arkadal buntung tukang tipu itu?"
Winda menipiskan bibirnya. "Nama Mas Arka nggak ada yang lebih bagus, Mbak?"
Wanita bernama Meisya itu berdecih, "Arkang tidur sama cewek? Udah bagus belum?"
Winda melempar gumpalan tisu bekasnya. "Mbak Meisya, Mas Arka nggak separah itu."
"Ya terserah lo mau bela dia kayak apa. Lo belum jawab pertanyaan gue. Sekarang lo jawab dulu!" kesal Meisya karena merasa Winda mengulur jawabannya.
"Aku 'kan nggak marahan, jadi nggak ada istilah baikan, Mbak," jawab Winda yang membuat Meisya habis kesabaran.
"Nggak marahan apa, Nyet? Lo tiap ketemu dia kayak lihat setan, terus ogah-ogahan nemuin dia dan paling parah, dia ngehubungi gue dan bencananya, dia punya nomor WA gue!" seru Meisya heboh.
Winda menatap Meisya heran. "Kenapa bencana, Mbak?"
"Bencana besar, nomor gue kesebar ke fuckboy macam dia. Gimana kalau dia bakal godain gue? Gimana kalau dia tiba-tiba ngajak gue ngamar? Jiwa perawan gue nggak terima." Meisya berkata dengan heboh dan terdengar sangat takut.
Winda menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia malu dengan tingkah laku Meisya. Ia harap pengunjung kantin tidak ada yang mendengar lengkingan Meisya yang menggelegar.
"Mes, kalau ngomong nggak usah semangat gitu bisa nggak?" Suara seorang lelaki yang sedang menaruh mangkuk dan gelas di atas meja. "Ngomongin apa sih?"
Meisya menatap lelaki yang kini duduk di sampingnya dengan sengit. "Lo ganggu tahu, Yes!"
"Dia kenapa sih, Win?" tanya Yeska pada Winda sambil melirik ke arah Meisya.
Winda mengedikkan bahunya. "Nggak tahu, Mas. Kayaknya kehabisan obat."
"Udah ngomongin guenya? Sekarang yang mau gue tanyain, lo sama Arkadal kemarin habis kencan?" todong Meisya sekali lagi.
"Bentar, Winda udah baikan sama Arka?" timpal Yeska yang menunda menyuapkan nasi ke mulutnya.
Winda menyipitkan matanya. "Aku nggak pernah marahan sama Mas Arka ya!"
Yeska mengangguk mengiyakan, tak ingin berdebat lebih panjang. Lagi pula itu bukan ranah dia untuk mengorek hubungan Arka dan Winda.
"Yes, sebagai cowok tuh, menurut lo, Arkadal suka sama Winda apa cuma main-main doang?" tanya Meisya dengan alis berkerut. "Menurut gue, dia suka Winda, tapi ada sesuatu yang membuat dia menutup itu sampai nggak sadar kalau suka sama Winda."
Yeska menelan nasinya. Menatap Meisya heran. "Ya mana gue tahu, Mes? Gue aja jarang ngobrol dan nongkrong sama dia."
Yeska kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya dan tak memedulikan Meisya lagi. Meisya hanya menggerutu kesal karena tak mendapatkan jawaban yang ia harapkan dari Yeska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...