Bab 3

7K 414 4
                                    

Lelaki dengan tinggi sekitar 180 cm itu sedang berjalan di lobi kantor yang begitu ramai. Lelaki itu tampak tak masalah dan mengobrol dengan temannya yang berjalan di sampingnya. Senyum ramah tak pernah pudar dari sosok itu. Arka begitu santai, dia memang telah menjadi sosok atasan yang disukai bawahannya karena sikap santai dan membaur pada seluruh karyawan di divisinya.

"Lo waktu dinas di Solo, lo pergi sama Jea, 'kan? Terjadi apanih di Solo?" goda sosok lelaki yang berdiri di samping Arka, namanya Eksa.

Arka tegelak. Bisa – bisanya temannya ini menganggap ada yang terjadi, meski sebenarnya memang ada sesuatu di sana. "Ya biasa aja, Sa. Lo pasti paham."

Eksa menghela napasnya. Dia tahu maksud temannya itu. Dia juga tahu, Jea pasti telah memiliki perasaan pada Arka, hingga terjadi sesuatu. Jea adalah karyawan beda divisi dengan Arka. Wanita itu jelas memiliki perasaan lebih pada Arka karena perilaku manis Arka yang sering disalah artikan oleh kebanyakan wanita.

"Gue nggak masalah, Ar. Tapi sampai kapan lo begini? Memanfaatkan perasaan mereka sebagai pelampiasan saja, lalu lo tinggal tanpa perasaan!" kesal Eksa yang melihat kebiasan buruk temannya itu.

"Lo paham, 'kan, Sa?" Arka melambatkan langkahnya yang diikuti oleh Eksa. "Waktu di bandara abis balik dari Solo, gue lihat Syaline."

Eksa menghentikan langkahnya. Arka bertemu sosok yang begitu dicintainya. Sampai saat ini, Arka masih mengharapkan wanita tak tahu diri itu. Eksa menggeram. Dia mengenal Syaline, bahkan sebelum Arka mengenal wanita itu, Eksa bahkan jauh lebih tahu tentang Syaline dibandingkan Arka. Eksa hanya mampu menyimpan apa yang tak seharusnya Arka ketahui saat ini.

"Dia sendiri?" tanya Eksa pelan dan lirih. Dia tak tega melihat sorot mata temannya yang tiba – tiba meredup.

Arka menggeleng. Jelas, dia melihat Syaline menggandeng tangan seorang lelaki yang usianya tampak di atas wanita itu. Arka selalu berharap, semoga wanita itu masih sendiri, jikapun sudah bersama lelaki lain, maka Arka akan berusaha untuk merebut kembali hati wanitanya, wanita yang teramat dia cintai.

"Walau dia sudah bersama orang lain, gue bakal tetap mencoba menarik Syaline kembali, Sa." Mendengar pernyataan Arka, Eksa hanya mampu mendesah lelah.

"Kalau nggak ada kesempatan, Ar?"

"Gue akan sendiri seumur hidup gue, masa bodoh dengan perasaan wanita yang gue jadiin pelampiasan," tekan Arka yang seketika membuat Eksa bergidik ngeri.

Dalam hati, Eksa mendoakan temannya, agar bertemu dengan sosok wanita yang mencintai lelaki itu dengan tulus, dan merobohkan segala pendirian buruk Arka. Semoga saja, nanti akan ada sosok wanita yang membuat Arka melupakan sosok Syaline dan membuat Arka mempercayai bahwa cinta tak hanya satu kali.

"Mas Arka," Arka dan Eksa menoleh ke sumber suara yang terdengar melengking itu.

Arka menarik senyumnya, menampilkan senyum ramah khas lelaki itu. Sosok yang memanggilnya mendekat. "Winda, habis wawancara?"

Winda yang kini sudah berdiri di hadapan Arka mengangguk. "Iya, Mas. Baru aja selesai ini."

Arka melirik Eksa yang hanya diam saja. "Win, ini teman gue, namanya Eksa."

Eksa tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya. "Eksa, teman Arka."

Winda menerima uluran tangan dari lelaki tersebut. "Windayu."

"Adik iparnya Ratih. Masih inget Ratih, 'kan lo?" sahut Arka menjelaska pada temannya yang tampak bingung.

"Dia udah nikah?" seru Eksa tampak terkejut. "Kok gue nggak diundang!"

Arka tergelak. "Emang lo siapa? Emang dia masih inget punya temen kek lo?"

Eksa mendelik. "Gue kira bakal sama lo, ternyata emang Ratih satu – satunya wanita yang nggak kemakan rayuan lo, Ar."

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang