Disclaimer : Scan ini adalah scan yang memang sengaja aku hapus di part saat Winda menghilang agar memberi kesan dramatis.
•••
"Bagaimana? Ke mana lagi kita harus mencari lelaki itu?" tanya seorang laki-laki pada Winda yang kini duduk di hadapannya.
Winda menggeleng. Dia sudah menyerah mencari keberadaan Arka. Ia sudah bertanya ke Eksa, tapi lelaki itu sama tak tahunya keberadaan Arka. Winda sudah lelah dengan semua ini. Dia ingin berhenti berjuang untuk Arka, tapi faktanya, ia harus memperjuangkan demi sesosok makhluk kecil yang ternyata hadir di dalam perutnya.
"Saya capek, Mas. Kayaknya memang saya harus berjuang sendiri buat anak ini. Mungkin saya akan membesarkan dia tanpa sosok ayah," ucap Winda yang sudah putus asa.
Lelaki di hadapannya hanya terdiam sambil menatap Winda tanpa memberi ekspresi yang berarti. "Nikah sama saya, Win!"
Winda mengangkat kepalanya, melihat lelaki itu dengan lekat. Ia benar-benar terkejut dengan perkataan lelaki di hadapannya. Winda terkekeh untuk menutupi segala perasaannya yang berkecamuk.
"Jangan bercanda, Mas! Ini bukan tanggungjawab kamu. Harusnya Mas Arka yang bertanggungjawab atas anak ini," ujar Winda dengan bergetar. "Kamu dan Mbak Meisya bantu saya sampai saat ini aja udah lebih dari cukup, Mas. Tanpa Mas dan Mbak Meisya, aku hanya diam tak berusaha nyari Mas Arka. Aku akan hidup berdua bersama anak ini, Mas. Terimakasih."
Lelaki yang merupakan kakak dari Meisya itu menatap Winda tajam. "Kamu pikir, kamu bisa menghidupi anak itu sendiri? Apa kata orang, Win? Belum lagi cari kerja dengan keadaanmu yang berbadan dua jelas akan sulit, apalagi di KTP kamu status kamu belum menikah? Pasti perusahaan akan berpikir dua kali. Kamu harus realistis, ini Indonesia, negara dengan adat ketimuran, sulit bagi masyarakatnya untuk menerima keadaanmu. Mereka akan menganggap itu aib."
Winda tertegun. Ia tak berpikir sejauh itu. Dia masih terpaku dengan perkataan lelaki di hadapannya.
"Saya akan bertanggungjawab, saya akan menerima segala konsekuensinya dan saya akan merawat anak yang kamu kandung sebagai anak saya sendiri, asal kamu juga bisa menerima anak saya. Kondisi kita itu sama, hanya saja status yang membedakan kita," ucap lelaki itu dengan tenang.
"Tapi nanti keluarga saya pasti marah besar ke kamu, Mas. Kamu padahal nggak melakukan itu," kata Winda masih bimbang.
Lelaki itu meraih tangan Winda. "Dia anak saya juga, kamu tenang saja, saya siap meski nanti saya harus sekarat dan babak belur karena mengakui anak itu sebagai anak saya."
Winda memejamkan matanya. "Lalu bagaimana soal cinta?"
Lelaki itu terkekeh. "Itu bisa tumbuh seiring waktu asal kita punya komitmen untuk saling mencintai. Percaya sama saya, kita berusaha untuk saling mencintai! Saya pernah menikah karena saling cinta, tapi pasangan saya yang tak bisa menjaga komitmen dan berkhianat, jadi yang terpenting untuk kita adalah komitmen kita. Saya akan berusaha selalu menghargai kamu, menyayangi kamu, setia dan membahagiakan kamu sebisa saya, Win. Percaya sama saya, Win!"
Winda bisa melihat tekad dari lelaki itu. Winda menatap lelaki itu sekali lagi. Dia memantapkan hatinya. Dia yakin dengan pilihannya kali ini.
"Saya mau menikah dengan kamu, Mas," kata Winda dengan sangat yakin.
Lelaki itu tersenyum. "Saya janji untuk berusaha membuat kamu merasa berharga dan bahagia. Kita berjuang sama-sama, Win!" Winda mengangguk. "Besok saya bisa bertemu dengan keluarga kamu?"
Winda melototkan matanya. "Orangtua saya di Klaten, Mas. Tapi kakak saya ada yang di Jakarta."
"Besok kita bertemu kakak kamu dulu, week end ini langsung ke Klaten buat bicara dengan orangtua kamu. Semakin cepat semakin baik, Win. Semakin hari, perut kamu jelas akan semakin besar, kalau bisa, kita akad dulu dua minggu lagi dan untuk resepsi satu bulan dari sekarang sepertinya sanggup," kata lelaki itu yang membuat Winda tertegun. Lelaki itu bisa cepat mengambil keputusan.
Winda menghela napasnya. "Kalau memang bisa secepat itu ngurusnya, saya setuju, Mas. Memang lebih cepat lebih baik dengan kondisi saya yang sekarang."
Lelaki itu tersenyum, lalu mengecup tangan Winda. "Saya sudah memilih kamu, saya tahu kamu orang baik, Win. Saya yakin kita akan menemukan bahagia bersama."
***
Gimana aku kasih sedikit awal mula mereka memutuskan menikah. Sebenarnya aku mau taruh scan ini di bab 40, tapi kesan dramatis dan kejutan di ending nggak kerasa nantinya, jadi aku hapus aja, dan aku taruh di sini, karena aku sayang sama scan ini wkwkw...
Dan yang nanya nama suami Winda kok nggak disebut, memang sengaja sih... Biar ada kesan misterius gitu😂
Aku sekalian mau promosi cerita baru di sini ah... Judulnya 'Sudut Pandang'
Cerita Sudut Pandang ini cerita yang memang akan memancing emosi, hampir seperti cerita ini, tapi kali ini emosinya sedikit berbeda. Cerita tentang kehidupan pernikahan Gistara dan Prabaswara yang harmonis, sebelum rasa bosan dan berbagai masalah menghantam rumah tangga mereka. Cerita ini akan dikemas dengan sedikit berbeda. Baca aja deh... Dan temukan perbedaan dengan cerita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...