Bab 29

4.3K 245 9
                                    

Arka terbaring di tempat tidur apartemennya. Pikirannya masih berkelana dengan keadaan Syaline di rumah sakit. Harusnya Arka tak begini, Syaline sudah ditunggu oleh kekasihnya. Dia bahkan sempat berkenalan dengan kekasih Syaline yang bernama Fahmi. Meski tak sempat banyak ngobrol, tapi setidaknya ia tahu nama kekasih Syaline. Hanya sebatas itu karena lelaki bernama Fahmi itu begitu khawatir dengan keadaan Syaline.

Kemarin, Arka pulang lebih awal ke Jakarta karena di mendapat telepon dari Renald yang mengabarinya tentang Syaline yang mengalami tabrak lari dan Renald yang membantu wanita itu ke rumah sakit. Karena panik, lelaki itu segera menelpon Arka dan membuat Arka memesan penerbangan malam hari secara dadakan yang untungnya masih kebagian tiket.

Keadaan Syaline tidak terlalu buruk, wanita itu hanya mengalami sedikit syok dan luka ringan di kaki dan tangannya. Arka berniat ke rumah sakit menjenguk Syaline. Semalam wanita itu masih di IGD, dan ia dapat kabar dari Eksa bahwa Syaline telah dipindah ke ruang rawat.

Arka bangkit dari baringnya dan segera membersihkan badannya. Setelah menyelasaikan segala persiapan untuk ke rumah sakit, Arka segera keluar dari apartemennya menuju ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, Arka segera menuju ruang rawat Syaline sesuai instruksi dari Eksa. Arka membuka pintu ruang rawat Syaline. Di sana sudah ada Eksa yang merupakan sepupu dari Syaline sedang menunggu wanita itu.

Arka berjalan mendekat, lelaki itu menepuk bahu Eksa. "Udah lama lo?"

Eksa mendongak. "Dari jam enam tadi."

Arka melihat Syaline yang masih tertidur pulas dari sofa yang kini ia duduki. Arka tak menemukan keluarga Syaline yang lain, juga tak ada Fahmi di sana.

"Cuma lo doang yang nunggu?" tanya Arka menyuarakan isi kepalanya.

"Gantiin Fahmi. Dia mau ambil barang sama ada urusan kerjaan bentar, katanya," jawab Eksa.

"Orang tua Syaline di mana?" tanya Arka lagi.

Eksa mengembuskan napasnya. "Masih di Malaysia. Lagi liburan keluarga."

Arka mengangguk mengerti. Dia tahu Syaline, wanita itu tak mungkin mengabari orang tunya dan merusak liburannya dengan keadaannya saat ini. Syaline tetap Syaline.

"Baru jam sembilan lo udah di sini aja, udah sarapan belum lo?" tanya Eksa sambil terfokus pada ponselnya.

"Udah tadi. Lo sendiri?" Arka balik bertanya.

Eksa memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Belum. Ini gue keluar bentar mau cari makan. Gue titip Syaline ya!"

Arka mengangguk dan mempersilakan Eksa keluar. Setelah Eksa menutup pintu, Arka bangkit dari sofa dan berjalan ke samping ranjang Syaline. Lelaki itu menarik kursi dan mendudukinya.

Arka menatap wajah tenang Syaline. Wajah itu masih sama. Tak banyak berubah. Wanita ini masih bertahta di hatinya. Tak pernah tergoyah sejak sepuluh tahun yang lalu. Arka masih dan akan selalu mencintai Syaline. Tak ada yang bisa merubah.

Syaline terbangun dari tidurnya, lalu menyipitkan mata untuk memperjelas pandangannya saat melihat Arka. Syaline jelas bingung dengan keberadaan Arka di sini. Semalam dia memang melihat Arka, tapi tak mungkin jika Arka menungguinya dari malam hingga pagi.

"Arka? Kok kamu yang di sini? Fahmi mana?" bingung Syaline sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Fahmi.

"Kata Eksa, Fahmi mau ambil barang sama ada urusan kerjaan," jawab Arka yang menghapus rasa penasaran Syaline.

Syaline mengembuskan napasnya. "Masih ngurusin kerjaan di hari Minggu dan keadanku kayak gini. Kapan ya Fahmi nggak sibuk?"

Arka bisa melihat redupnya binar mata Syaline. Arka tahu, Syaline merasa sedih karena kekasihnya tak bisa meluangkan waktunya sebentar saja saat keadaanya seperti ini. Arka mengusap tangan Syaline yang membuat wanita itu tersentak dan menjauhkan tangannya dari Arka.

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang