Bab 41

12.7K 463 29
                                    

Arka sudah pulang dari rumah sakit kemarin dan dengan nekat, dia sudah berangkat ke kantor hari ini. Tujuan utama dia memaksakan diri berangkat hari ini adalah Winda. Ia ingin menemui Winda dan meminta maaf pada wanita yang sering ia kecewakan itu.

Arka berangkat dengan semangat. Lelaki itu menuju kotak besi untuk megantarkannya ke lantai tempat Winda beerja. Sampai di lantai itu, Arka segera keluar dan berjalan menuju sebuah ruangan. Baru saja ia sampai di depan pintu, seorang lelaki keluar dari dalam ruangan.

Arka mencegat lelaki yang baru keluar dari ruangan itu. Membuat sang lelaki berhenti dan menatap Arka penuh tanya.

"Ada apa, Mas?" tanya lelaki itu pada Arka.

"Winda udah berangkat, Yes?" Bukannya menjawab, lelaki itu balik bertanya.

Yeska mengerutkan keningnya dalam. "Winda? Mas Arka emang belum tahu Winda udah resign?"

Arka melebarkan matanya. Ia benar-benar tak tahu tentang Winda sudah mengundurkan diri. Arka mencoba mendinginkan kepalanya yang tiba-tiba saja merasa terbakar.

"Resign? Sejak kapan?" tanya Arka setelah dapat mengendalikan perasaannya.

"Udah hampir sebulan, Mas. gue kira lo udah tahu," jawab Yeska dengan ringan.

Arka tersenyum masam. Sudah hampir satu bulan dan Arka tak tahu kabar tentang Winda sama sekali. Arka melewatkan banyak hal karena telalu lama larut dalam kesedihan dan patah hatinya. Ia lupa dengan Winda, tapi ia tak akan menyerah untuk memperjuangkan Winda kembali.

"Lo tahu sekarang dia kerja di mana nggak, Yes?" tanya Arka mencoba mencari peruntungan tentang keberadaan Winda.

Yeska menggeleng. "Setelah resign, Winda udah nggak tau kabarnya, Mas."

Arka menghela napasnya. Tidak ada petunjuk sama sekali. Sepertinya kali ini dia harus berupaya lebih untuk mencari Winda. Tak apa, dia rela menghabiskan harinya agar Winda kembali padanya. Ia sekarang sudah benar-benar sadar akan pentingnya Winda dalam hidupnya.

Arka menepuk bahu Yeska. "Makasih, Yes atas infonya."

Yeska tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuju pantri. Baru dua langkah, Yeska kembali menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Arka yang masih tampak frustasi di tempatnya berdiri tadi.

"Gue inget, sebelum resign, Winda pernah bilang mau ambil tawaran kerjaan dari temannya, Mas. Tapi tepatnya di mana gue nggak tahu," ujar Yeska yang kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti untuk menginformasikan pada Arka.

Arka mengembuskan napasnya. Ia tak tau teman Winda. Bagaimana ia bisa mencari WInda dengan informasi yang sangat minim. Tak ada info yang ia bisa gali lebih dari Yeska. Arka mengusap wajahnya, lalu ia masuk ke dalam kotak besi untuk menuju lantai di mana seharusnya ia berada.

Arka mendudukkan dirinya di kursinya. Lelaki itu menyalakan laptopnya untuk mengalihkan pikirannya tentang keberadaan Winda. Arka berencana akan menanyakan Winda pada Meisya, karena setahu Arka, Winda paling dekat dengan Meisya.

Arka mengerjakan pekerjaannya kali ini dengan konsentrasi yang sangat buyar. Ia kehilangan fokusnya. Pikirannya hanya tertuju pada Winda. pekerjaannya yang tidak begitu banyak menjadi kacau yang membuat Arka semakin merasa gila. ia hanya butuh bertemu Winda untuk menyelesaikan segala kekacauan dalam hidupnya kini.

"Win, lo di mana?" gumam Arka setelah menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi.

Dia tak pernah menyangka bila Winda bisa membuat kacau hatinya. Winda bisa membuatnya seperti saat ini. Winda mengambil seluruh atensi dan hatinya. Arka tak pernah menyangkanya.

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang