Winda merebahkan tubuhnya di kasur hotel. Dia baru saja tiba di Semarang dan langsung menuju ke hotel tanpa sempat keluar untuk sekadar jalan-jalan menikmati kota Semarang di malam hari. Dia sudah izin kepada kakaknya jika ia akan ke Semarang dengan dalih datang ke acara nikahan temannya, karena jika ia jujur, ia tak yakin kakak lelakinya yang super kaku itu akan mengizinkannya.
Winda memejamkan matanya. Dia lelah. Seharian ini dia belum istirahat, maka malam ini akan dia manfaatkan dengan tidur lebih cepat agar besok pagi bisa jalan-jalan sesuai rencana yang dirancang oleh Arka. Baru saja dia akan masuk ke alam mimpi, suara ketukan pintu membuatnya tersentak dan terbangun kembali.
Dengan wajah kesal dan langkah gotai, Winda membuka pintu dan menemukan sosok tinggi Arka berdiri di ambang pintu sambil tersenyum ramah. Winda kembali tersesat pada senyum yang menjeratnya itu. Dia benci dengan senyum yang berhasil mengambil alih hatinya itu.
"Ada apa, Mas?" tanya Winda setelah sadar dari keterpakuannya pada senyum menyesatkan milik Arka.
Arka menyerahkan kantung kertas yang ia bawa pada Winda. "Gue cuma mau ngasih camilan ini. Siapa tahu lo nanti kelaparan."
Winda menerimanya dan menyunggingkan senyumnya. "Makasih, Mas. Nggak usah repot-repot harusnya, aku ini mau tidur dulu."
"Lo mau tidur? Gue ganggu dong? Eh, tapi jangan tidur dulu, bersihin dulu itu muka lo, biar nggak jerawatan!" ujar Arka yang membuat pipi Winda memanas. Perhatian kecil Arka berhasil membuatnya terbang.
"Iya, Mas. Nggak ganggu kok." Winda meringis. "Nanti aku bersihin muka dulu, hampir lupa tadi, Mas."
Arka terkekeh, lalu tangannya terulur untuk mengacak rambut Winda. "Ya udah, sana cuci muka, ganti baju yang nyaman dulu, terus istirahat! Biar besok nggak kecapekan pas jalan-jalan."
Winda mengangguk. "Iya, Mas. Makasih udah ingetin."
"Selamat istirahat, Winda!" ucap Arka sebelum melangkah menuju kamar hotelnya.
Winda masih terpaku, lalu ia segera menutup pintunya dan menghempaskan tubhnya ke kasur. Winda menghela napasnya. Bagaimana dia tidak jatuh cinta pada Arka jika lelaki itu selalu baik dan memberikan perhatian-perhatian kecil seperti ini.
Winda segera bangkit dari kasur dan mengeluarkan peralatan mandinya. Gadis itu membersihkan wajahnya dan mengganti pakaiannya seperti saran Arka. Setelah dirasa nyaman, ia segera merebahkan tubuhnya untuk tidur, tapi kali ini matanya terasa sulit untuk dipejamkan. Dia masih memikirkan Arka.
Arka lelaki yang selalu menutup lukanya dengan sempurna. Lelaki lemah yang selalu menunjukkan senyum seakan ia tak memiliki masalah berat seperti saat ini. Winda tahu, lelaki itu merindukan keluarganya, meski sudah ditolak dan dibuang, lelaki itu masih peduli hingga hari ini ia berada di sini. Di kota tempat lelaki itu lahir dan dibesarkan.
Memikirkan Arka membuat mata Winda perlahan terpejam. Gadis itu tertidur dengan pikiran yang masih tertuju pada Arka sampai ia terjatuh ke alam mimpi, gadis itu masih memimpikan sosok yang ia pikirkan.
***
Arka telah segar dengan pakaian kasualnya pagi ini. Lelaki itu keluar dari kamarnya dan menuju kamar sebelah. Arka mengetuk pintu itu yang tak lama dibuka oleh penghuninya. Arka memberikan senyumnya.
"Udah siap?" tanya Arka sambil menampilkan senyum ramah khas lelaki itu.
"Udah, Mas, aku ambil tas dulu." Winda segera berlari mengambil tas yang telah ia siapkan di atas kasur.
Arka masih setia menunggu Winda tanpa masuk ke kamar. Winda keluar dari kamar dan menghampiri Arka. Lelaki itu tersenyum, lalu menutupkan pintu kamar yang belum sempat gadis itu tutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windayu : Pilihan Kedua [Completed]
ChickLitSelesai ✓ (18/10/20 - 29/01/21) Windayu tak apa jika hanya menjadi pelarian saat Arka sedih. Windayu berusaha untuk selalu ada di saat Arka membutuhkannya. Windayu akan tersenyum saat Arka bahagia meski ia harus menyembunyikan rasa sakit yang menghu...