Bab 11

3.9K 260 12
                                    

Sosok yang ada di hadapan Arka sedang menikmati setiap suapan pasta yang begitu wanita itu sukai. Arka tersenyum, wanitanya tak pernah berubah, masih seperti dahulu. Setiap pergi makan, wanita itu akan selalu memesan pasta.

Hari ini, setelah pulang kerja, Arka menemui Syaline untuk membahas tawaran pekerjaan dari Arka. "Gimana, Line? Mau aku bilangin ke temen aku?"

Syaline menelan pasta terakirnya. Wanita dengan tinggi semampai itu tampak berpikir. "Tertarik sih, Ar. Tapi aku belum berani jadi Data Science. Aku bahkan nggak pernah pakai Python."

"Belajar, Line! Lagian bahasa pemrograman tuh hampir sama aja, Python nggak jauh dari PHP juga kok."

Syaline meringis. "Sebenarnya aku nggak mau ambil resiko. Kalau ada tawaran Programmer, aku ambil deh."

Arka berdecak. Syaline memang tegas, tapi wanita itu tak pernah mau ambil risiko. "Bentar aku tanyain ke temen aku satunya. Kalau nggak, kamu ikut pelatihan Data Science online aja dulu, Line!"

Syaline tersenyum. "Aku udah daftar tapi emang belum mulai aja kelasnya. Pekerjaan bagian data tuh sekarang menarik banget, Ar."

Arka mengangguk. "Nanti kalau kesulitan, kamu bisa nanya-nanya ke aku, nggak usah sungkan!"

Syaline tertawa. "Sungkan sama kamu? Nggak ada ya."

Kedua manusia ini memang selalu terlihat sangat cocok, mereka memiliki sifat ramah dengan siapa saja. Mereka memiliki sifat yang hampir sama. Cara mereka bicara santai namun terkesan tegas juga membuat keduanya bak satu orang di raga yang terpisah.

"Ar, aku balik dulu ya, sudah dijemput," pamit Syaline pada Arka yang sedang menekuri ponselnya.

Lelaki itu memasukkan ponselnya ke saku celana. "Dijemput siapa?"

Syaline baru akan membuka mulutnya, tapi dering ponsel sudah memekakkan telinga keduanya. Syaline segera menggeser tombol hijau dan berlalu dari bangku setelah bermaitan kembali pada Arka dengan gerakan mulut tanpa bersuara.

Arka hanya bisa memandangi kepergian Syaline. Wanita itu sudah ada yang punya. Arka yakin, jika yang menjemput Syaline adalah kekasih dari wanita yang dicintainya itu. Arka tersenyum kecut, andai waktu itu ia tak menuruti kemauan wanita itu untuk berpisah, pasti kini mereka sedang bahagia dan sudah menikah.

Arka menyandarkan tubuhnya di kursi. Dia lelah, tapi dia akan terus berusaha untuk merebut kembali hati Syaline. Dia tak bisa membayangkan jika wanitanya menikah dan berbahagia dengan lelaki lain. Arka sungguh tak mampu menjalani hidupnya jika Syaline tak bisa ia miliki kembali.

Dikala lelah seperti ini, Arka ingin melampiaskan. Mungkin dengan menegak beberapa gelas minuman haram membuat kepala dan perasaannya membaik. Arka menghubungi temannya untuk diajak ke suatu kelab malam.

Seelah mendapat balasan dari beberapa temannya, lelaki itu bergegas membayar makanannya dan keluar dari resto yang selalu menjadi andalannya saat bersama Syaline. Resto ini memiliki cita rasa pasta yang membuat Syaline tak henti-hentinya berdecak kagum akan kenikmatan pastanya.

Arka memacu MPVnya menuju sebuah tempat hiburan malam yang telah dijanjikan bersama teman-temannya. Lelaki itu memarkirkan mbilnya dan segera masuk ke kelab. Arka mengedarkan pandangannya jika saja ada temannya yang sudah sampai. Arka segera melangkah ke sebuah bangku yang kini sudah ada seorang lelaki yang memainkan ponselnya.

"Suntuk amat, Bro?" sapa lelaki setelah melihat kedatang Arka dengan wajah kusut.

Arka mengambil gelas yang tersedia dan segera menuangkan minuman bening dari botolnya. "Habis ketemu mantan bawa gandengan."

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang