Bab 19

3.4K 238 3
                                    

Sudah beberapa hari ini Winda dan Arka selalu menghabiskan waktu bersama setiap pulang dari kantor. Kadang Arka yang harus menunggu Winda begitu juga sebaliknya. Mereka menjadi semakin dekat dan sering menjadi bahan ledekan teman-temannya. Selama beberapa hari ini, Arka tidak pernah lagi pergi ke kelab malam serta tak sempat kencan dengan para wanita yang berkedok teman.

Teman Arka jelas sangat menyadari perubahan pada diri Arka. Mereka menyambut dengan senang yang terjadi pada Arka. Tapi, teman-teman Winda jelas mengkhawatirkan temannya itu. Mereka tak ingin Winda jatuh dalam pesona Arka dan hanya akan dimanfaatkan oleh Arka. Mereka tahu, Winda tak terlalu polos, gadis itu pemikir yang logis, tapi jika hati sedah bermain dan menjadi budak dari cinta, maka logika akan mati.

"Win, malam ini bisa kumpul sama kita, nggak?" tanya Yeska dari kubikelnya.

Winda mengerutkan keningnya. "Mau ngapain, Mas?"

"Makan-makan dalam rangka ulang tahun Mbak Rindu. Iya 'kan, Mbak?" sahut Dyah dengan semangat.

"Ikutlah, Win! Sekali-sekali mainnya sama kita. Nggak bosen apa mainnya sama Arka mulu?" timpal Meisya sambil menggerutu.

"Iya, aku ikut. Lagian Mas Arka juga hari ini dia lembur sampai malam," jawab Winda yang membuat Meisya langsung berdiri heboh.

"Udah jauh banget hubungan kalian kayaknya!" seru Meisya lantang.

Arinda yang sedari tadi diam, kini angkat bicara, "Lo beneran sama Arka cuma temen?"

Meisya menimpali, "Rin, anak zaman sekarang mah, udah biasa hubungan tanpa status gitu. Katanya teman, eh tahu-tahu sebar undangan."

Arinda mengerutkan keningnya tampak berpikir. "Gue pernah denger dari salah satu kenalan Arka, katanya, Arka itu cowok gagal move on."

Winda seketika mengingat nama wanita yang sempat disebutkan oleh Arka. Winda selalu saja lupa menanyakan siapa Syaline pada lelaki itu dan sekarang Arinda mengingatkan lagi tentang Syaline yang sempat ia lupakan itu.

"Play boy macam Arka mana mungkin gagal move on, Rin!" celetuk Meisya asal.

"Loh bisa aja, Mes. Cowok tuh kadang hatinya Cuma bisa dimiliki satu wanita meski di sekelilingnya banyak wanita yang dia jadikan pelampiasan," sahut Yeska.

Rindu yang sedari tadi diam, akhirnya ikut gabung dalam obrolan, "Dari rumor yang ada emang Arka tuh masih suka sama mantannya. Gue dulu kenal sama anak Data Analyst yang sekarang udah resign."

"Siapa, Mbak?" tanya Dyah mulai kepo.

"Gue dulu deket sama Robi, anak DA. Dia dulu satu kampus sama gue, dia banting setir ke DA dan ikut banyak pelatihan gitu. Nah dia temen deket Arka di DA. Katanya, Arka memang suka main cewek, tapi itu semua karena dia belum move on dari siapa gitu, gue lupa," jelas Rindu yang membuat seisi ruangan yang memang sedang tidak banyak kerjaan itu mulai berpikir dan membuat teori-teori di dalam kepalanya.

Winda tak ingin berlarut memikirkan masa lalu Arka. Dia akan fokus pada perasaannya terhadap Arka serta perubahan lelaki itu menjadi yang lebih baik. Winda menggelengkan kepalanya. Lalu sengaja mengalihkan pembicaraan saat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.

"Ini jadi mau makan nggak sih? Apa mau gosipin orang terus?"

Mereka semua kecuali Rindu, serentak berseru, "Jadi woy! Makan gratis jangan sampai lepas!"

"Kalau gue jadi gembel sebulan ini, itu karena kalian semua!" ucap Rindu dengan nelangsa.

***

Windayu : Pilihan Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang