TIGA BELAS

3.9K 237 2
                                    

SELAMAT MEMBACA
______

Ginan mengelus puncak kepala sang adik, Seusai penanganan dari dokter Doni beberapa menit yang lalu, Leo kelelahan, Ginan hanya menghela nafas adiknya seperti ini karena mempersiapkan turnamen yang di damba-dambakan selama ini.

Ada satu hal yang berubah disini bunda tak ada, Ayah yang menyuruh semua orang agar tidak memberitahukan bahwa Leo sakit, Bunda sedang lelah-lelahnya mengurus Lea, Ginan hanya harus menggantikan sosok sang Ibu sampai Leo benar-benar sembuh dahulu.

Ginan bukanlah orang yang akan menunjukkan perhatiannya dengan begitu kentara ia terlahir sebagai anak pertama yang dengan pribadi begitu tertutup bahkan untuk mengutarakan apa saja Ginan harus berpikir apa ini baik untuk di sampaikan? , Tapi jika itu Leo ia akan membuang semua hal-hal tersebut, Kehadiran Leo di hidup mereka seperti penyempurna walaupun anak itu tumbuh dengan tidak sehat tapi rasa sayang mereka bertambah setiap harinya.

Apapun yang terjadi selama Leo disini itu tidak akan pernah menjadi masalah besar.

"Kak" Pikiran Ginan terpecah kala sosok sang Ayah muncul dari balik pintu seusai mengantar dokter Doni ke bawah.

Lelah, khawatir bercampur satu dalam wajah ayah malam ini.

"Ayah yakin nggak beri tahu Bunda?" Tanya Ginan sekali lagi merasa keputusan ayah saat ini salah, Bunda dan Leo adalah dua orang yang tidak pernah bisa di pisahkan saat Leo sakit.

"Emosi bunda kamu lagi nggak ke kontrol, Efek habis melahirkan! Takutnya bunda bakal larang Leo main basket kalau sampai tahu adik kamu sakit karena kelelahan." Hengki menepuk pundak anak pertamanya "Kamu nggak bakalan lakuin hal itu kan? Kasihan di Leo nya kak"

Tak ada jawaban dari Ginan, Ia rasa penjelasan ayah saat ini sudah cukup untuk menjawab pertanyaannya.

Hengki menarik nafas "Biar ayah yang jagain, Kamu tidur aja!" perintah Ayah, Menggeser tubuh putranyanya berniat untuk mengambil tempat yang semula di tempati oleh Ginan.

"Perawatnya datangnya subuh kan?' tanya Ginan memastikan "Takutnya Leo bangun sebelum itu, ayah tau kan dia nggak suka di infus"

"Ayah pastikan sebelum bangun infusnya udah lepas"

"Biar aku yang jaga dia malam ini, Ayah bakalan nggak berani buat biarin bunda tidur sendiri kan?" Tanya Ginan.

Hengki tersenyum mengelus pundak putranya "Ayah titip dia ya, kalau ada apa-apa langsung beri tahu ayah!"

Ginan mengangguk melihat sang Ayah yang sudah keluar, tatapannya beralih pada wajah teduh Leo. Ia menghela nafas sudah jarang ia melihat Leo sakit.

Melihatnya lagi membuat rasa cemasnya makin menjadi.

---

beristirahat sejak semalam tidak membuat tubuh Leo membaik, Bahkan rasa pusing yang menderanya masih saja begitu terasa, Jika bukan karena bunda yang mengajak nya untuk sarapan ia tak akan pernah duduk disini memilih membaringkan tubuhnya di kamar.

"Pucat banget Le, Kamu nggak apa-apa" Wajah khawatir bunda membuat ayah yang sedari tadi hanya diam mendongak melihat istrinya Ia jadi tak enak telah membohongi Hanum bahwa Leo sempat drop semalam.

Tapi semua ini demi kebaikan mereka semua entah itu Leo maupun sang istri.

Baru saja tangan bunda ingin mendarat di kening Leo suara tangisan bayi dari kamar utama membuat bunda mengurungkan niatnya segera berjalan meninggalkan meja makan begitu saja, Sedangkan Ginan dan ayah yang berada di meja makan menghela nafas bersamaan.

Leo hanya tersenyum memandang tubuh bunda yang telah menghilang, Padahal ia berharap akan ceramah panjang dari sang Ibu pagi ini, Ia berharap bundanya akan memarahinya karena terlalu memforsir tenaganya.

Ia jadi sedikit merindukan bagaimana sikap posesif bunda kepadanya, Bahkan pagi ini tak ada bubur kesukaannya tak ada diet sehat pagi ini, Seakan makanan yang di konsumsi mereka itu sama. Leo tak menuntut hal itu tapi ia hanya sedikit belum terbiasa.

Apalagi dengan bunda.... orang yang ribet tentang Leo di pagi hari, wanita itu yang menyiapkan makanan tersendiri untuk Leo sebab Leo yang tak boleh makan sembarangan tapi hal itu tidak akan berlaku lagi mulai sekarang Leo harus membiasakan diri untuk makan sesuai dengan apa yang ada.

"Halo guys, Selamat pagi masih bersama Gilang disini, Pagi ini kita akan sarapan bersama kedua saudara ganteng saya" Gilang datang dengan kamera kebanggan nya mulai menyorot satu persatu keluarganya yang nampak tak peduli karena adegan itu sudah mereka liat hampir beberapa tahun terakhir.

"Ini adalah Leo dan pagi ini Leo makan nasi goreng" Gilang yang tersadar akan ucapannya segera mematikan Kamera "Yah Leo makan nasi goreng pagi-pagi?" Tanya Gilang menoleh ke arah sang Ayah.

Hengki menarik piring di depan Leo menggantinya dengan bubur yang entah sejak kapan ayah menyiapkannya, Leo mendongak menatap sang ayah.

Leo lupa jika tak ada bunda ayah yang akan mengurus semuanya. Ayah tidak akan pernah membiarkannya untuk memakan nasi goreng dengan minyak yang begitu banyak itu.

"Kakak dari mana? Macam bang Toyib aja" Tanya Leo.

"Kita baru aja ketemu semalam, masih demam nggak?" Tanya Gilang memastikan keadaan sang adik. Semalam ia tak ikut menjaga karena tiba-tiba saja kampusnya butuh seseorang untuk melakukan dokumentasi kegiatan, dengan berat hati Gilang meninggalkan Leo. Walaupun seperti itu ia menghubungi Kak Ginan beberapa kali untuk memastikan.

Gilang menarik kursi di sebelah Ginan, mengintip sejenak pada bacaan sang kakak sepagi ini, melihatnya sekilas membuatnya bergidik ngeri memundurkan wajahnya "Bunda mana?" Tanya Gilang, pulang sepagi ini di rumah tak ada bunda adalah hal yang begitu hampa.

"Jaga Lea" Jawab Ginan.

"Kayaknya kesayangan Bunda bakalan berubah deh" Kata Gilang tanpa harus menyaring perkataannya ia segera menutup mulut tersadar kala melihat tatapan tajam dari ayah dan sang kakak di sampingnya.

Mereka semua menoleh ke arah  Leo, melihat anak itu yang meletakkan sendoknya, terdengar dentingan yang cukup kuat "Leo mau ke sekolah habis ini" Ucap Leo mengabaikan ucapan kak Gilang. Tak perlu mengatakannya sejak semalam Leo sudah berpikir akan hal itu. Tapi memperjelasnya lagi Leo rasa itu tak perlu.

"Kamu nggak boleh ke sekolah dulu" Ginan ikut meletakkan sendoknya menatap sang adik.

"Bentar lagi uji coba nya kak, Leo nggak boleh santai-santai aja kalau mau dapat tempat di dalam team" Ujar Leo, ia segera berdiri.

"Kamu baru saja sembuh" Ginan menarik kembali Sang adik untuk duduk.

Leo memutar bola matanya malas, Jika seperti ini ia benar-benar tak boleh pergi, memenangkan perdebatan yang akan mengarah pada adu argumen Leo tak menyukainya

Dan pada akhirnya hari ini ia kalah dari kak Ginan.

____

Maaf lambat
Jangan lupa voment
-SalamManisDariPenulis

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang