TIGA EMPAT

3.6K 304 24
                                    

SELAMAT MEMBACA
_____

Hujan selesai maghrib, kak Ginan dan Leo sampai terlebih dahulu di rumah, Leo keluar dari mobil kak Ginan tanpa berbicara apapun membuat kak Ginan cemas sendiri.

"Bicara sama kakak dong" Ginan menarik tangan Leo, berharap kali ini Leo sedikit ingin berbicara dengannya, Leo yang sedari tadi diam membuatnya lebih khawatir.

Leo melihat tangan kak Ginan yang memegang tangannya, lalu menatap sang kakak " Leo mau istirahat kak" Ucap Leo melepas perlahan tangan sang kakak, melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah.

Leo meneruskan langkahnya ke kamar mengunci rapat pintu, Leo menatap sekeliling kamarnya sembari membuka baju berjalan ke kamar mandi tak peduli dengan udara dingin yang masih menusuk kulitnya tak peduli dengan hujan diluar Leo membiarkan air dingin dari shower itu membasahi tubuhnya. Lagipula pun ia tak sadar saat ini tamparan ayah begitu membekas. Leo sama sekali tak ingin mengingatnya.

Satu jam....Dua jam... Leo bergeming di kamar mandi dengan tubuh yang sudah menggigil hebat, Leo memejamkan matanya membiarkan air matanya keluar. Merasakan sesak yang semakin menghinpit dadanya merasakan dingin yang sudah mulai menyiksanya.

Suara pintu kamar pun Leo tak mempedulikannya ia tak ingin di ganggu saat ini.

___

Hanum menghampiri suaminya memeluknya dengan begitu erat berharap dengan seperti ini Hanum mampu menyalurkan kekuatan, ia tahu suaminya saat ini begitu menahan amarahnya ia tahu ayah dari anak-anaknya ini tidak akan melakukan hal seperti itu hanya untuk memuaskan amarah sesaat, suaminya adalah satu orang yang selama ini menetralkan suasana di rumah dengan ia yang selalu mendisiplinkan anak-anak dan suaminya lah yang selalu membela jika hal itu sudah tidak dalam batas yang wajar.

Berselisih dengan Leo baru kali ini suaminya lakukan Leo terlalu istimewa di mata Hengki, si anak kesayangan Ayah jika Gilang katakan. Kejadian hari ini cukup membuat Hanum paham bahwa suaminya tetaplah ayah bagi anak-anaknya yang mau bagaimanapun harus tetap tegas walapun itu menyakitkan. Ia pun memilih untuk tidak menyalahkan ia tahu suaminya tidak akan melakukan hal itu tanpa pemikiran yang matang.

"Kamu nggak pulang? Bujuk Leo mas biar aku sama Gilang disini"

"Aku keterlaluan?" Hengki mengusap wajahnya rasa bersalah memenuhi hatinya.

"Aku nggak menyalahkan apapun, Aku tau kamu nggak berniat untuk menyakitkan, terlebih lagi itu Leo"

Hengki menghela nafas membaringkan tubuhnya di sofa  "Aku tidur disini malam ini"

___

Kak Ginan dan kak Gilang menghela nafas lega melihat Leo yang membuka pintu kamarnya melihat anak itu dengan rambut basah dan kulit yang nampak lebih pucat.

"Kamu mandi berapa lama?" Tanya kak Ginan khawatir memegang tubuh Leo yang benar-benar dingin.

Leo melepaskan tangan sang kakak, ia sudah benar-benar lelah untuk meladeni semua orang hari ini "Kak Ginan hari ini kebanyakan megang aku, Leo mau istirahat. hari ini Leo capek banget kak" Ucap Leo penuh harap.

"Kakak belum minta maaf"

Leo menatap sang kakak "Untuk apa?"

"Untuk.."

"Nggak ada yang salah dengan kejadian ini, ekspetasi Leo yang menghancurkan semuanya seharusnya Leo nggak terlalu berharap tinggi karena jatuhnya bakalan sakit kan?"

"Le"

"Kak Ginan dan kak Gilang harusnya lebih mengerti, Izinin Leo untuk istirahat Leo harus sekolah besok"

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang