EMPAT BELAS

3.6K 221 1
                                    

SELAMAT MEMBACA
___________

Hari yang di tunggu Leo akhirnya tiba, Uji coba untuk masuk ke dalam team untuk turnamen kurang lebih sebulan lagi. Beberapa hari mendekam di rumah cukup membuat Leo bosan, Apalagi ia harus melewatkan beberapa jadwal latihan. Walaupun begitu ia tidak akan membantah untuk apa yang ayah perintahkan.

Leo melakukan pemanasan sejenak menunggu pertandingan dilakukan. Menahan malu melihat Arlan yang duduk paling depan membawa banner bertuliskan namanya, apa yang anak aneh itu lakukan.

Sebenarnya hari ini Leo mengharapkan kedua orang tuanya untuk turut hadir tapi ayah sedang ada kerjaan di luar kota, Kak Ginan dan kak Gilang pastinya sedang berada di kampus dan bunda tidak  mungkin datang karena Lea.

Walaupun seperti itu mereka semua berjanji, jika ia berhasil masuk ke dalam team mereka semua akan ikut menonton turnamen pertama yang di ikuti oleh Leo, Leo sangat berharap besar akan hal itu.

Bunyi sempritan panjang dari wasit membuat Leo segera berjalan ke tengah lapangan, Berdoa sejenak melepaskan segala pikiran yang mungkin saja akan menganggunya.

----

Arlan berteriak histeris setelah dua jam pertandingan akhirnya pengumuman untuk team yang akan mengisi turnamen akan di umumkan, Dari dua belas orang hanya ada dua yang akan lolos, Peluang yang amat sangat sedikit tapi melihat permainan Leo tadi Arlan yakin sahabatnya akan lolos.

Dan benar saja kala teriakan guru olahraga mereka menyebutkan nama Leo pertama kali artinya temannya itu posisi pertama dengan poin yang lebih banyak. Arlan mengangkat jempolnya, Ia tahu sangat tahu bahwa Leo akan berhasil.

Arlan tersenyum membalas tawa Leo yang begitu bahagia di lapangan, Bukan pertama kali ia melihatnya ada banyak hari setelah Leo sembuh ada banyak tawa yang ia lihat keinginan Arlan untuk melihat senyum tulus Leo terbayarkan hari ini, harapan Arlan untuk Leo yang sembuh pun terkabulkan, Arlan tahu ia tak akan pernah mengatakan hal ini secara langsung di hadapan Leo.

Bahwa ia benar-benar menyayangi anak itu, Bahkan sejak mereka pertama kali bertemu sejak Leo memanggilnya teman untuk pertama kali dan untuk semua kenangan yang sudah mereka lewati bersama dari kesedihan dan hingga di titik kebahagian ini.

Dari Leo yang hampir di nyatakan tiada dan untuk Leo yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Gimana?" Tanya Leo mengangkat kedua alisnya bangga.

"Lo hebat" Arlan tersenyum puas

"Ayo jalan hari ini gue yang traktir" Leo merangkul pundak sahabatnya berjalan meninggalkan lapangan dengan sorak sorai yang masih menggelegar.

----

Ayah  menyambut Leo dengan senyum yang nampak begitu lebih hangat membuat Leo sedikit terkejut ia kira ayah akan berada di luar kota untuk beberapa hari ke depan.

"Ayah udah datang?" Heran Leo. Membuat ayah mengangguk sembari tersenyum mengelus pelan rambut putranya.

"Ayah selesaikan dengan cepat, Maaf untuk nggak bisa hadir padahal ayah udah usahakan untuk kembali lebih cepat"

Leo menggeleng tak masalah, lagipula ini bukan keinginan ayah untuk seperti itu.

"Ayah punya hadiah buat kamu" Hengki menarik pelan tangan Leo membawanya pada ruang keluarga.

Disana ada kak Gilang kak Ginan, dokter Anggun dan ci Ayumi, Mengapa mereka semua berkumpul? Leo rasa ia tak perlu operasi lagi, Bayangan hari itu membuat leo memundurkan langkahnya perlahan, ketakutan jelas menggerogoti nya saat ini.

"Kamu kenapa?" Hengki menahan tubuh Leo yang limbung hampir terjatuh.

Leo menatap semua orang "Mbak Anggun sama Ci Ayumi kapan datang" Tanya Leo tak peduli dengan tatapan bingung mereka semua.

"Aku baru siang tadi sampai Jakarta, Kamu benar-benar gak apa-apa?" Tanya Ci Ayumi kembali memastikan.

"Kami mau ucapin Selamat buat Lo" Ujar kak Gilang ikut menjelaskan, Sikap sang adik membuatnya ikut bingung.

"Ada yang salah Le" Kali ini kak Ginan yang segera bangkit berjalan menghampiri sang adik.

Leo menghembuskan nafasnya tersenyum tipis"Nggak apa-apa, Leo cuma kaget aja"

"Yaudah, Duduk sini" perintah Gilang, Leo berjalan untuk duduk di salah satu kursi yang belum terisi.

"Ini buat kamu" Ci Ayumi menyodorkan sebuah kotak kecil membuat Leo menahan untuk tidak tersenyum.

Tanpa harus membuka nya Leo tahu itu adalah salah satu merek handphone yang ingin ia beli saat ini tapi karena jadwal yang padat ia belum sempat, dan dengan entengnya Ci Ayumi memberikannya, pacar Kak Gilang ini memang titisan sultan.

"Makasih Ci"

"Dan ini Dari mbak" Kali ini mbak Anggun menyodorkan sebuah kotak berisikan sepatu "Biar tambah jago main basketnya" lanjut dokter Anggun.

"Makasih mbak, Kali ini hadiah Mbak lumayan bagus"

Mbak Anggun tertawa, Baru saja ia mendapatkan pujian dari seorang Leo, Mbak Anggun sendiri pun bersyukur karena kado kali ini bukan lagi obat atau tambahan vitamin dari dokter Doni.

"Dari ayah mana?" Tanya Leo, Padahal pertama kali yang ingin memberikan hadiah adalah sang Ayah

Hengki tertawa mengambil sebuah bingkisan besar yang berada di belakang sofa, Leo tercengang sejenak tak menyangka.

"ps5?" Tanya Leo tak yakin.

"Yang penting kamu harus ingat waktu, Ingat belajar, jangan nakal, Turuti apa kata bunda " Peringat Hengki, Ucapan itu membuat Leo tertawa

"Banyak amat Yah" Ucapnya.

"Di suruh bunda" Lanjut Hengki membuat tawa Leo pecah.

Leo memberi tos pada sang Ayah Kemudian menatap kedua kakaknya "Kak Ginan sama kak Gilang mana?" Tagih Leo.

"Kamu mau apa?" Ginan bertanya ia belum menyiapkan hadiah apa-apa lagipula ia ikut berkumpul disini hanya karena paksaan dari ayah jika tidak ia masih berada di kampus menyelesaikan tugas dari sang dosen.

"Kak Ginan nggak nyiapin?" Leo menggeleng kecewa "Kak Gilang?"

Kak Gilang menyengir "Lo bilang aja mau apa? Sate Mas Yono mau nggak"

"NGGAK!" Tolak Leo mentah-mentah menatap tajam ke arah sang kakak.

"Kalian kenapa begitu sama adik sendiri, calon mantu bunda aja ngasih masa kalian saudaranya nggak" Bunda yang baru saja turun dari tangga sembari menggendong Lea menimpali, Lalu mengarahkan sebuah paper bag ke arah putranya mencium singkat kening Leo.

"Selamat, maaf Bunda nggak hadir" Ucap Bunda Hanum tulus.

"Makasih bunda" Leo membalas dengan tulus pun, Ia mengambil Lea dari gendongan Bunda mencubit pelan pipi Sang adik.

Mengapa ada anak seimut Lea di dunia ini, Karena terlalu imut Leo harus terlupakan sejenak.

"Leo punya permintaan, Dan ini sebenarnya lebih dari yang Leo inginkan" Ucap Leo sungguh-sungguh merasa bersyukur melihat mereka semua antusias mendengar.

"Aku mau kalian janji bakalan datang di turnamen pertama Leo"

"Kita bakalan datang" Bunda Hanum mengelus pelan rambut putranya.

"Janji dulu"

"JANJI LEO" Ucap mereka semua serempak, Membuat Leo menarik sudut bibirnya merasa puas.

____

Hiiii guys lama tak jumpa, Segini dulu yaaa kayaknya Leo masih harus bahagia dulu......eh g deng harus bahagia terus

Semoga kita masih bertemu untuk minggu depan, jangan lupa vote And komen. Sayang kalian semua Pokoknya!!!!!!

-SalamManisDariPenulis

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang