SATU

14.3K 421 3
                                    

SELAMAT MEMBACA
_____

Rutinitas pagi hari Bunda Hanum terlalu banyak menyiapkan makanan untuk semua putra-putra tampannya, walaupun sebenarnya ada Bibi yang dapat menyiapkan tapi Ia hanya tak ingin apalagi Leo yang mempunyai menu makanan yang berbeda dari mereka.

"Tumben kak cepat bangunnya" Tanya Hanum kala melihat putranya pertamanya yang masuk ke dapur dengan wajah bangun tidurnya.

Ginan menatap sang Ibu "Aku udah cukup tidur" Ucap Ginan berbohong pria itu mengusap wajahnya berharap rasa kantuk itu segera pergi. Bunda yang melihatnya pun tertawa kecil.

"Bangunin Gilang dulu, Lalu bangunin Leo" Perintah Bunda, Membuat Ginan segera pergi membuka pintu kamar adiknya mendapati Gilang yang masih nyaman memeluk guling yang sudah beribu abad itu.

"Bangun" Ginan mengguncang tubuh saudaranya tak ada pergerakan sama sekali, Memilih berjalan ke kamar mandi mengambil segayung air menyiramkannya kepada Gilang membuat Pria itu berjengkit kaget karena mimpinya yang sebentar lagi akan mencium seorang gadis akhirnya terhenti.

Menatap tajam ke arah Sang Kakak "Lo jahat banget sih kak, Bentar lagi itu sisa dua centimeter, nahan kek"

"Gue bilangin Bunda, Lo mimpi macem-macem"

Gilang tersenyum kaku sebelum berpamitan dengan sopan untuk ke kamar mandi, Ancaman Ginan itu adalah ancaman yang menakutkan, Bunda itu kejam dan marahnya Bunda itu menakutkan.

Ginan menggeleng segera berjalan ke kamar sebelah, Membukanya dengan amat sangat pelan, Membuka jendela terlebih dahulu membiarkan cahaya masuk menimpa kulit putih sang adik, Ginan berjongkok di samping tempat tidur mengusap pelan rambut Leo

Perlahan mata legam indah itu terbuka membuat bibir Ginan tertarik "Ayo bangun, Bunda udah nyiapin sarapan, Harus sekolah juga kan?" Tanyanya lembut.

Leo mengangguk "Kakak nggak kuliah?" Tanyanya sembari menegakkan tubuhnya untuk duduk.

"Kuliah"

Leo paham "Yaudah keluar, Aku mandi dulu" Perintahnya

Ginan Mempersilahkan sang adik untuk masuk ke dalam kamar mandi, Sebelum keluar ia menutup jendela tak membiarkan debu masuk, karena Leo itu rentan, Salah sedikit bisa menjadi tahanan rumah sakit berbulan-bulan.

-------

Meja makan di pagi hari memang seramai ini, Ada Gilang yang tak akan pernah berhenti untuk berceloteh membagi pemikirannya tentang ide-ide konten yang akan ia lakukan walaupun sebenarnya mereka semua sudah bosan mendengarkan ocehan anak itu.

"Konten pertama gue bakalan ngasih tau di setiap sudut kota Jakarta, Gimana guys?" Tanyanya sembari menatap satu persatu keluarganya berharap dengan itu idenya dapat tersalurkan dengan baik.

"Gue udah tau Bang" Kata Leo. Tersenyum ketika Bunda menyiramkan sedikit air ke buburnya padahal makanan itu sudah sangat encer.

"Ayah juga"

Gilang menghela nafas "Kalau Lo kak?" Tanyanya kepada Ginan berharap kakak pertamanya itu menyetujui pemikirannya.

Kakak tertua itu nampak berpikir "Gue saranin Lo nyari subscribers aja dulu, Nggak mungkinkan Gue, Ayah, bunda, Leo dan cewek Lo aja yang nonton?"

Ingin rasanya Gilang saat ini mengumpat, Jika tak ada ayah ia akan benar-benar mengatakan hal-hal yang tidak baik tapi ucapan kakak nya memang sangat lah benar helaan nafas panjang dari Gilang pun kembali terdengar kali ini lebih panjang, menunjukkan keputusasaan.

Uhukkk

Mereka serempak menoleh, Mempusatkan perhatian kepada Leo yang mendorong mangkuk buburnya, Bunda sudah berdiri dari duduknya menghampiri si bungsu mengusap pelan punggung Leo.

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang