DUA BELAS

3.9K 255 0
                                    

SELAMAT MEMBACA
__________

Leo tak henti-hentinya menatap Bayi kecil yang berada di samping bunda, Bayi itu begitu kecil dan sangat imut.

Berbeda dengan kedua kakaknya, Leo rasa hanya ia yang begitu semangat menyambut adik kecil ini. Terbukti kak Ginan yang sedari tadi bermain handphone di sofa, sedang kak Gilang sama sekali tak tertarik.

"Bunda udah kasih nama Lo" Suara bunda Hanum membuat ketiga putranya menoleh bersamaan, Dan sekali lagi hanya Leo yang begitu semangat dengan mata berbinar menanti akan ucapan sang Bunda.

"Alea"

Leo tersenyum mengusap pelan pipi bayi itu lalu berjalan ke arah kedua kakaknya duduk di antara mereka berdua.

"Dia lucu"

"Lebih lucu Lo" Kata Gilang mencubit pipi Leo segera.

"Amit-amit gue Kak" Leo menepis tangan sang kakak.

Dering dari telfonnya membuat leo buru-buru keluar dari ruangan.

"Halo Lan?"

"Lo dimana?"

"Rumah sakit, Adik gue udah keluar"

"Anzir udah jadi kakak"

Leo tertawa "Kenapa telfon"

"Jadwal latihan basket di pindahin hari ini"

Leo terkejut, jarak dari rumah sakit ke sekolah lumayan begitu jauh "Gue otw, tapi agak Lama"

"Otw aja, Intinya Lo bakalan tetap di hukum"

"Lari lapangan gampang, Gue tutup" Leo mengakhiri panggilan  kembali membuka pintu ruang rawat "Aku ke sekolah dulu, Ada latihan" Leo tersenyum sebelum pergi mencium pipi Bunda segera melambaikan tangannya.

"Gue antar" Ginan segera merogoh kunci mobil, berlari mengejar sang adik, Ia tak akan pernah membiarkan Leo berangkat sendiri apalagi menaiki angkutan umum atau sejenisnya.

---

"Makasi kak" Leo melepas sabuk pengamannya, mengambil tas di kursi belakang.

"Habis latihan langsung pulang ke rumah, Bunda udah balik nanti"

Leo mengangkat jempolnya paham, membuka pintu mobil segera berlari.

"Gue tahu, Lo takut kasih sayang bunda bakalan terbagi ke Alea kan?" Ginan memandang tubuh sang adik yang sudah hilang setelah melewati pagar sekolah.

-----

Leo menuntaskan hukumannya, Nyatanya berlari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali tak semudah yang ia banyangkan, Apalagi tubuhnya serasa tidak sehat hari ini.

"Lo nggak apa-apa?" Arlan datang, Melemparkan botol air minum ke arah sahabatnya.

Leo kembali melemparkannya ke Arlan "Gue ada minum sendiri" leo membuka tasnya mengambil botol minum yang sudah ia siapkan sebelum berangkat.

"Lo nggak apa-apa?" Tanya Arlan mendadak cemas berteman dengan Leo bertahun-tahun ia sangat hafal jika sahabatnya ini sedang tidak baik-baik saja.

"Iyaaaa" Bohong Leo.

"Nggak usah lanjut latihan, pulang aja istirahat"

"Lo kira gue mau " Leo menjitak kepala sahabatnya, kembali berlari ke arah lapangan tak peduli teriakan Arlan yang menyuruhnya untuk pulang sekarang.

-----

Leo membuka sepatunya berjalan masuk ke dalam rumah, Dengan peluh keringat hasil dari latihan berat hari ini, Ia meneruskan langkahnya ke kamar bunda, Ingin melihat sang Ibu.

LEO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang